Kamis, 02 Februari 2012

FAKTA TENTANG KANKER SERVIKS


RUANG LINGKUP

FAKTA TENTANG KANKER SERVIKS

MAKALAH


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi



STIKes



Disusun oleh :

Ai Wiwin Winarti
Alya Sri Mulyani
Eka Puspita Wulandari
Erli Septiawati
Fitria Nur Kemalasari
Herlina Efendi
Raswati
Rikeu Ratu Bara
Tina Karlina
0200090002
0200090003
0200090019
0200090025
0200090029
0200090030
0200090065
0200080056
0200090091


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN  RESPATI
PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Sebagai wanita, mendengar kata “Kanker”, pastilah menjadi sangat menakutkan. Bagi wanita di dunia, kanker payudara merupakan pembunuh no.1, dan saat ini kanker serviks menjadi penyakit pembunuh no.2  di dunia. Namun, tampaknya seiring perkembangan zaman, kanker serviks merambat naik  menjadi penyebab no.1 kematian wanita di dunia.
Walaupun jenis kanker ini adalah jenis kanker yang paling mungkin dicegah dan paling mungkin untuk disembuhkan,untuk lebih jelasnya, ada baiknya kita mengenali, dan mencegah penyakit ini. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker paling umum di seluruh dunia yang biasa diderita wanita diatas umur 15 tahun. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks. Di Asia Pasifik, setiap 4 menit seorang wanita meninggal karena kanker ini. Perempuan yang aktif secara seksual memiliki risiko terinfeksi kanker serviks atau tahap awal penyakit ini tanpa memandang usia atau gaya hidup.
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada wanita kedua terbanyak diderita di Asia, dan lebih dari setengah wanita Asia yang menderita kanker serviks meninggal atau kurang lebih sama dengan 226.000 yang didiagnosa terkena kanker serviks dan sebanyak 143.000 penyebab kematian.
Di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker nomor satu yang umum diderita wanita Indonesia. Pada 2001, kasus baru kanker serviks sejumlah 2429 dari total kasus kanker, sehingga merupakan peringkat satu yaitu 25,91% dari keseluruhan kanker.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat mempengaruhi wanita dengan latar belakang dan umur yang berbeda di seluruh dunia, dimulai dengan leher rahim – bagian dari uterus (atau rahim) dan kemudian mencapai vagina – dan secara bertahap akan menyebar jika tidak diberikan pengobatan.
Kanker serviks seringkali menjangkiti dan dapat membunuh wanita di usia yang produktif (usia 30-50 tahun), seringkali pada saat mereka masih memiliki tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Jelaskan pengertian dari ca servix?
2.    Apa saja tanda dan gejala ca servix?
3.    Apa penyebab ca servix?
4.    Apa saja stadium ca servix?
5.    Bagaimana diagnosa ca servix?
6.    Bagaimana mendeteksi ca servix?
7.    Bagaimana mencegah ca servix?
8.    Bagaimana mengobati ca servix?
C.  Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan umum untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.    Pengertian dari ca servix
2.    Tanda dan gejala ca servix
3.    Penyebab ca servix
4.    Stadium ca servix
5.    Diagnosa ca servix
6.    Deteksi ca servix
7.    Pencegahan ca servix
8.    Pengobatan ca servix
D.  Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun  secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan tentang seberapa besar pengetahuan kita terhadap kasus kasus ilmu kandungan antara lain mengenai fakta tentang kanker serviks. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.    Penulis
Sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya mengenai fakta tentang kanker serviks.
2.    Pembaca
Sebagai media informasi mengenai fakta tentang kanker serviks.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Ca Servix
1.    Definisi Leher Rahim (Servix)
Leher Rahim adalah bagian dari sistim reproduksi wanita. Ia adalah bagian bawah yang sempit dari rahim atau kandungan ( uterus atau womb). Rahim adalah organ berongga yang berbetuk buah per pada perut bagian bawah. Mulut rahim (cervix) menghubungkan rahim (kandungan) ke vagina. Vagina menjurus pada bagian luar tubuh.
Kanal rahim adalah jalan terusan. Darah mengalir dari kandungan melalui kanal kedalam vagina sewaktu periode menstruasi seorang wanita. Mulut rahim juga menghasilkan lendir. Lendir membantu sperma bergerak dari vagina kedalam kandungan (uterus). Selama kehamilan, mulut rahim ditutup dengan ketat untuk membantu mempertahankan bayi didalam kandungan. Sewaktu kelahiran bayi, mulut rahim (cervix) membuka lebar untuk mengizinkan bayi melewati vagina.
2.    Definisi Kanker
Kanker mulai didalam sel-sel, blok-blok bangunan yang menyusun jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan menyusun organ-organ tubuh.
Secara normal, sel-sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka.
Kadangkala, proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.
3.    Definisi Ca Servix
Kanker serviks adalah jenis kanker yang menyerang organ reproduksi wanita , tepatnya di daerah leher rahim atau disebut serviks. Daerah leher rahim adalah daerah yang menghubungkan antara rahim dengan vagina.
Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Anonim, 2007).
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa (pada jaringan epitel) yang melapisi serviks sedangkan 10% berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim (Anonim, 2005).





 







B.   Tanda dan Gejala Ca Servix
Sampai saat ini, tanda-tanda dari kanker serviks memang masih sulit untuk terdeteksi, kecuali apabila dilakukan pemeriksaan Pap Smear, sehingga dapat mendeteksi  sel-sel abnormal penyebab kanker yang terdapat pada leher rahim. Namun, ada beberapa tanda-tanda umum yang mungkin dapat membuat kita lebih waspada dan memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke dokter, apabila:
1.    Terjadi pendarahan yang tidak normal yakni,
a.    Perdarahan yang terjadi diantara periode-periode teratur menstruasi
b.    Perdarahan setelah hubungan seks, penyemprotan air, atau suatu pemeriksaan pelvic
c.    Periode-periode menstruasi yang berlangsung lebih lama dan lebih berat daripada sebelumnya
d.   Perdarahan setelah menopause
2.    Rasa sakit yang tidak biasanya pada saaat berhubungan intim.
3.    Keputihan menahun, dengan ciri diantaranya: kental, warna kuning/kecoklatan, dapat berbau busuk dan/atau gatal
4.    Rasa nyeri dan sakit pada pinggul dan kaki
5.     Bau tidak sedap di barengi dengan keluarnya cairan kekuningan dari vagina.
6.    Terjadi pembengkakan pada kaki
7.    Kotoran vagina yang meningkat
Gejala-gejala diatas dapat menjadi alarm bagi setiap wanita untuk langsung memeriksakan kesehatannya. Walaupun, belum tentu penyebab-penyebab diatas menjadi positif kanker serviks, dapat juga hanya berupa infeksi pada vagina yang juga memerlukan perhatian agar tidak menjadi lebih parah.

C.  Penyebab Ca Servix
Penyebab paling utama kanker servik adalah anggota famili Papovirida yaitu HPV (Human Papiloma Virus) yang mempunyai diameter 55 µm dan virus ini ditularkan secara seksual. HPV memiliki kapsul isohedral yang telanjang dengan 72 kapsomer, serta mengandung DNA circular double stranded dengan panjang kira – kira 8000 pasang basa
Virus ini menular melalui kontak seksual, pakaian dalam yang tidak bersih, sarung tangan operasi ataupun pada bayi yang tertular melalui vagina sang ibu. Kemungkinan terjangkit virus HPV menjadi berlipat ganda apabila anda sering bergonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, dan juga bagi para wanita perokok, karena nikotin dapat merangsang jenis virus ini.
Selain itu, kebiasaan menggunakan antiseptik mencuci vagina dapat menyebabkan iritasi pada serviks dan merangsang virus.
Berdasarkan penelitian Sjamsuddin (2001), disimpulkan bahwa terdapat 3 golongan tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker serviks, yaitu :
1.    HPV resiko rendah, yaitu HPV tipe 6 dan 11, 46 yang jarang ditemukan pada karsinoma invasif.
2.    HPV resiko sedang, yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58
3.    HPV resiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, 31.
Ketiga jenis HPV ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal, namun hanya tipe 2 dan 3 yang menyebabakan kanker (Anonim, 2006; Yamato et al., 2006).

D.  Stadium Ca Servix
Untuk tumbuh menjadi kanker leher rahim dibutuhkan beberapa tahun sejak sel-sel leher rahim mengalami perubahan. Sel-sel leher rahim abnormal yang bukan merupakan sel kanker namun dapat berkembang menjadi kanker disebut dengan cervical intra-epithelial neoplasia (CIN). CIN juga disebut sebagai sel-sel prekanker yang jika tidak ditangani lebih lanjut akan berpotensi untuk berkembang menjadi kanker. Namun tidak semua wanita yang memiliki CIN akan menderita kanker. Keberadaan CIN identik dengan displasia (Anonim, 2003c).
Perkembangan kanker servik meliputi displasia ringan (5 tahun), displasia sedang (3 tahun), displasia berat (1 tahun) sampai menjadi kanker stadium 0. Tahap pra kanker ini sering tidak menimbulkan gejala (92%), selanjutnya masuk tahap kanker invasif berupa kanker stadium I sampai stadium IV (Anonim, 2003). Menurut International Federation of Gynecologists and Obstetricians, perkembangan kanker leher rahim dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan ukuran tumor, kedalaman penetrasi pada leher rahim dan penyebaran kanker di dalam maupun diluar leher rahim. Stadium-stadium tersebut adalah sebagai berikut (Canavan dan Doshi, 2000) :
Stadium
0
Terjadi pertumbuhan kanker (karsinoma) pada jaringan epitel leher rahim
Stadium
I
Pertumbuhan kanker masih terbatas pada leher rahim
Ia
Secara mikroskopis, kanker telah menginvasi jaringan (terjadi penetrasi). Ukuran invasi sel kanker : kedalaman < 5 mm, sedangkan lebarnya < 7 mm
Ia1
Ukuran invasi mempunyai kedalaman < 3 mm dan lebar < 7 mm
Ia2
Kedalaman invasi > 3 mm dan < 5 mm, lebar < 7 mm
Ib
Terjadi lesi yang ukurannya lebih besar dari lesi yang terjadi pada stadium Ia
Ib1
Ukuran tumor < 4 cm
Ib2
Tumor > 4 cm
Stadium
II
Karsinoma meluas sampai keluar leher rahim tetapi belum sampai dinding pelvis; karsinoma menyerang vagina tapi belum mencapai 1/3 vagina bagian bawah
IIa
Belum ada parameter yang jelas
IIb
Parameter jelas
Stadium
III
Karsinoma meluas ke dinding pelvis; pada pemeriksaan rektal, tidak terlihat adanya ruang kosong antara tumor dan dinding pelvis; tumor menyerang 1/3 vagina bagian bawah; pada semua kasus juga ditemukan adanya hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi
IIIa
Kanker tidak menjalar ke dinding pelvis, tapi menyerang 1/3 vagina bagian bawah
IIIb
Menjalar ke dinding pelvis, terjadi hidronefrosis atau kegagalan fungsi ginjal, atau keduanya
Stadium
IV
Karsinoma meuas melewati pelvis atau mukosa kandung kemih atau rektal
IVa
Menyebar ke organ yang berdekatan
IVb
Menyebar ke organ yang jauh

Kanker leher rahim yang disebabkan oleh beberapa tipe human papillomavirus (HPV) beresiko tinggi seperti HPV16 dan HPV18 memiliki onkogen E6 dan E7 dimana kedua ekspresi gen ini menjadi prasyarat bagi perkembangan kanker dan pertahanan fenotip malignan. Pemusnahan kedua onkogen ini dipertimbangkan untuk diaplikasikan pada terapi molekuler kanker servik (Yamato et al., 2006). Protein E6 dan E7 dari HPV memodulasi protein seluler yang mengatur daur sel.


1.    Protein E6
a.     Berikatan dengan protein selular yang disebut E6-associated protein (E6-AP) membentuk ubiquitin ligase E3 dengan target degradasi tumor suppressor p53 (Gewin et al., 2004). Degradasi p53 mengakibatkan sel tidak mengalami apoptosis ataupun memasuki cell cycle arest pada G1/S.
b.    Menginduksi protein c-myc yang dapat memacu enzim telomerase yang menyebabkan sel bersifat immortal. Menstimulasi ekspresi eksogenus gen hTERT (human telomerase reverse transcriptase) yang mengkode subunit katalitik dari telomerase (Horner et al., 2004) selain itu induksi telomerase juga terjadi melalui perantara kompleks E6-AP (Gewin et al., 2004).
2.    Protein E7
a.    Mengikat bentuk aktif terhipofosforilasi dari p105Rb dan anggota-anggota famili retinoblastoma (Rb) lainnya dari protein tumor supresor mengakibatkan destabilisasi dan hilangnya kompleks pRb/E2F dimana kompleks pRb/E2F berfungsi menekan transkripsi gen yang dibutuhkan untuk progresi siklus sel. Jalur p53 dan pRb saling berhubungan satu sama lain: fosforilasi p105Rb yang mengakibatkan lepasnya kompleks Rb/E2F diperantarai oleh cyclin-dependent kinase (cdk) dihambat oleh p21 yang merupakan target transkripsi dari p53. Protein E6 dan E7 juga menunjukkan ketidaktergantungannya pada aktivitas p53 dan pRb (DeFilippis et al., 2003).
b.    Protein E7 dapat menginhibisi p21 dan p27 (Fehrman, 2003).
Sebagian besar sel kanker servik mempunyai gen p53 dan p105Rb dalam bentuk wild type. Jadi, gen pengatur pertumbuhan yang aktif dalam sel normal ini juga terdapat dalam sel kanker leher rahim. Namun, aktivitasnya dihambat oleh ekspresi protein E6 dan E7 dari HPV (Goodwin dan DiMaio, 2000). Apabila ekspresi onkogen E6 dan E7 dihambat, maka protein tumor supresor p53 dan retinoblastoma aktif dan sel kanker servik mengalami senescence yang kemudian menyebabkan apoptosis (Horner et al., 2004).
Genom papilomavirus bereplikasi seperti plasmid ekstrakromosomal pada lesi premalignan dan juga terintegrasi pada sebagian besar karsinoma leher rahim secara acak. (Dalimartha, 1999; Matsukura et al., 1989). Genom virus yang terintegrasi ini akan memberikan mekanisme: Ekspresi E6 dan E7 dihambat oleh E2. E2 dapat menekan ekspresi E6 dan E7 karena E2 akan berikatan pada promotor awal HVP, sehingga akan menghalangi ikatan dua faktor transkripsi esensial, TBP dan Sp1 (Desaintes et al., 1999). Namun, E2 tidak diekspresikan pada viral DNA yang terintegrasi ada genom sel inang, karena gen E2 mengalami splitting dan menjadi in aktif. Akibatnya, dalam keadaan tanpa repressor, protein E6 dan E7 terekspresi dalam jumlah tinggi sehingga menyebabkan tumor suppressor protein, yaitu p53 dan p105Rb tidak aktif dan menstimulasi pertumbuhan (Hwang et al., 1993).




E.   Diagnosa Ca Servix
Untuk mendiagnosa Kanker serviks, biasanya dilakukan pemeriksaan:
1.         Tes Pap smear, Jika seorang wanita mempunyai gejala atau hasil-hasil tes Pap yang menganjurkan sel-sel sebelum bersifat kanker atau kanker leher rahim, dokternya akan menyaranka prosedur-prosedur lain untuk membuat diagnosis.
2.         Pemeriksaan Sitologi Serviks Berbasis Cairan (SSBC).
3.         Cairan vagina dilarutkan untuk memisahkan sel-sel kanker (lebih sensitif)
4.         Pemeriksaan SSBC plus HPV DNA
5.         Colposcopy: teropong leher rahim (serviks), Dokter menggunakan sebuah colposcope untuk melihat pada leher rahim (cervix). Colposcope menggabungkan cahaya yang terang dengan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah dilihat. Ia tidak dimasukkan kedalam vagina. Colposcopy biasanya dilakukan di ruang praktek dokter atau klinik.
6.         Biopsi jaringan serviks, Dokter mengangkat jaringan untuk mencari sel-sel sebelum bersifat kanker (precancerous cells) atau sel-sel kanker. Kebanyakan wanita-wanita mempunyai biopsinya di ruang praktek dokter dengan pembiusan lokal. Seorang ahli patologi memeriksa jaringan itu dengan sebuah mikroskop.
7.         Pemeriksaan panggul
8.         Punch biopsy: Dokter menggunakan suatu alat berongga yang tajam untuk mencubit contoh-contoh (samples) kecil dari jaringan leher rahim.
9.         LEEP: Dokter menggunakan suatu kawat listrik untuk memotong potongan bulat yang tipis dari jaringan.
10.     Endocervical curettage: Dokter menggunakan suatu curette (sebuah alat kecil berbentuk sendok) untuk memarut sample kecil jaringan dari kanal leher rahim. Beberapa dokter-dokter mungkin menggunakan sikat halus yang tipis sebagai ganti dari sebuah curette.
11.     Conization: Dokter mengangkat sample jaringan yang berbentuk seperti kerucut. Conization, atau biopsi kerucut (cone biopsy), membiarkan ahli patologi melihat jika sel-sel abnormal berada di jaringan dibawah permukaan leher rahim. Dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dibawah pembiusan total. Conization juga dapat digunakan untuk mengangkat area sebelum bersifat kanker. Mengangkat jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan beberapa perdarahan atau kotoran lain. Area ini biasanya sembuh dengan cepat. Wanita-wanita mungkin juga merasa beberapa nyeri serupa dengan kejang-kejang menstruasi. Obat dapat menghilangkan ketidaksenangan ini.

F.   Deteksi Ca Servix
Layaknya semua kanker, terjadinya kanker leher rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut “Pap smear test”, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim.
Pap smear test merupakan suatu test yang aman, cepat dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap smear test. Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek-glass, dan kemudian dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti (Dolinsky, 2002).
Prosedur pemeriksaan Pap smear test mungkin sangat tidak menyenangkan, tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Pap smear test dilakukan seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi. Bagi orang yang telah tidak haid, Pap smear test dapat dilakukan kapan saja. Tetapi jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim), Pap smear test tidak perlu lagi dilakukan karena secara otomatis orang tersebut telah terbebas dari resiko menderita kanker leher rahim. Pap smear test biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali, dan lebih baik dilakukan secara teratur. Hal yang harus selalu diingat adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan Pap smear test. Pap smear test selalu diperlukan meskipun tidak lagi melakukan aktifitas seksual (Anonim, 2003b).
Jika terjadi pendarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi terjadi dan terjadi keluarnya cairan (discharge) maka harus segera dilakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan tersebut bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun baru saja melakukan Pap smear test.
Hasil ‘Pap Smear’ dikatakan abnormal jika sel-sel leher rahim ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan ‘Pap Smear’ (Sofyan, 2000). Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya penampakan ‘Pap Smear’ yang abnormal adalah:
1.    Unsatisfactory ‘Pap Smear’. Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher rahims dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang komprehensive kepada dokter. Oleh karena itu harus dilakukan Pap Smear test kembali (Sofyan, 2000).
2.    Jika ada infeksi atau inflamasi. Kadang-kadang pada pemeriksaan ‘Pap Smear’ memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahim mengalami suatu iritasi yang sifatnya ringan. Memang kadang-kadang inflamasi dapat kita deteksi melalui pemeriksaan ‘Pap Smear’, biarpun kita tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam, mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur’. Oleh karena itu harus dilakukan Pap Smear test kembali setelah infeksi atau inflamasi sembuh (Sofyan, 2000).
3.    Atypia atau Minor Atypia. Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan ‘Pap Smear’ terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahim, tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai ‘atypia’. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada tahap ini, sehingga harus dilakukan pemeriksaan lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal lagi. Jadi, sangat penting melakukan ‘Pap Smear’ kembali untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menunjukan hasil yang sama maka disarankan untuk menjalani kolposkopi (Sofyan, 2000).
Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahim oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahim, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan ‘Pap Smear’. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut: dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi (Anonim, 2003b).
Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi (Yohanes, 2000).

G.  Pencegahan Ca Servix
Yang harus dilakukan untuk menghindari kanker leher rahim adalah :
1.    jika pernah melakukan hubungan seksual maka harus melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk melakukan Pap smear test lebih sering.
2.    Melaporkan adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama setelah coitus (senggama). Hal yang ke tiga adalah tidak merokok. Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi lebih tinggi jika wanita merokok. Dengan melakukan beberapa tindakan yang dapat memperkecil resiko tersebut, maka kejadian kanker leher rahim ini dapat dihindari (Zhao, 2004).
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan sejak dini, terutama pada wanita-wanita muda yang belum seksual aktif. Biasanya pada rentang usia 14-26 tahun bagi wanita Indonesia. Tapi, biaya yang masih cukup mahal untuk mendapatkan vaksinasi ini dengan biaya sekitar Rp900.000,- /1x suntik  ( dimana dibutuhkan minimal 3x vaksin untuk lengkapnya)membuat sistem pencegahan kanker serviks ini menjadi sedikit terhambat untuk disosialisasikan ke masyarakat. Bagi para wanita yang telah memasuki usia rawan kanker serviks, disarankan untuk mendapatkan test pap smear  rutin setiap 2 tahun sekali, hingga anda mencapai usia sekitar 70 tahun.
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.

H.  Pengobatan
Apabila wanita telah positif terjangkit virus HPV dan positif mengidap kanker serviks, dapat dilakukan beberapa cara untuk mengobati penyakit ini, diantaranya:
1.    Operasi/pembedahan dengan melakukan pembersihan area yang terserang kanker. Biasanya daerah uterus dan leher rahim yang terjangkit diambil melalui proses operasi tersebut.
2.    Radioteraphy, yaitu dengan menggunakan sinar X yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Pembedahan Ca Servix :
1.    Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada serviks dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa ataupun pengobatan pra-kanker serviks
2.    Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan menghancurkan jaringan abnormal (biasanya untuk stadium pra-kanker serviks)
3.    Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker serviks
4.    Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus listrik yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks
5.    Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
6.    Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur, tuba falopi maupun kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif (stadium IA) biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan. Untuk stadium kanker serviks awal IB dan IIA:
1.    Ukuran tumor lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa kemo.
2.    Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.







Gambar Ilustrasi Histerektomi
Radioterapi dan Kemoterapi pada Ca Servix
Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Untuk tipe kanker serviks invasif, biasanya pembedahan dan radioterapi adalah treatment yang paling umum digunakan. Kemoterapi atau terapi biologis kadang-kadang digunakan.
Jenis-jenis radioterapi untuk kanker serviks:
1.    Eksternal: mesin besar ditujukan ke area panggul. Biasanya diberikan 5 hari @beberapa menit per sesi dalam seminggu selama 5-6 minggu
2.    Internal: menggunakan kapsul bahan radioaktif yang ditanam di area serviks selama 1-3 hari, lalu dapat diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Typhonium Plus® untuk Ca Servix
Bagi Anda yang terkena kanker serviks, juga dapat mengkonsumsi Typhonium Plus® - suatu ramuan herbal (100% NATURAL) yang berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan sel-sel kanker serviks.
Extract Typhonium Flagelliforme (Keladi Tikus) dan bahan alami lainnya membantu detoxifikasi jaringan darah. Ramuan ini mengandung Ribosome inacting protein(RIP), yang berfungsi menonaktifkan perkembangan sel kanker, merontokkan sel kanker tanpa merusak jaringan sekitarnya dan memblokir pertumbuhan sel kanker.
Terapi untuk kanker leher rahim berbeda untuk tiap stadium kanker. Pada stadium awal dapat dilakukan pembedahan terhadap jaringan yang mengandung sel kanker. Pada stadium selanjutnya, terapi dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi, maupun kemoradioterapi. Jenis terapi ini dapat berpengaruh pada sel normal (La Russo, 2004)
Kandungan Proxeronine Tahitian Noni Juice bekerja pada tingkat selular. Proxeronine meningkatkan struktur selular yang di hancurkan oleh kanker.
Selain Proxeronine riset  terhadap Tahitian Noni Juice yang  telah dilakukan di laboratorium-laboratorium menegaskan kemampuan Tahitian Noni Juice untuk melawan kanker. Dalam suatu penelitian, empat orang ilmuwan dari Jepang menyuntikkan sel ras (sel yang menjadi pemicu bagi pertumbuhan yang merusak) dengan substansi yang disebut damnacanthal yang ditemukan dalam Tahitian Noni Juice.
Mereka mengobservasi bahwa pemberian damnachantal ternyata menghambat reproduksi sel ras secara signifikan. Damnachantal adalah suatu substansi didalam Tahitian Noni Juice yang bekerja sebagai agen anti kanker.
Dalam Riset tersebut  juga membuktikan bahwa Tahitian Noni Juice merangsang tubuh untuk mereproduksi element-element yang melawan kanker seperti nitrix oxide, interleukin (mediator sistem imunitas yang dibuat oleh dan mempengaruhi limfosit-red), interferon (sitokin yang mencegah terjadinya super infeksi oleh virus lain – red), faktor nekrosis tumor, lipopolisakarida dan sel-sel pembunuh alami.
Dipercaya juga bahwa Tahitian Noni Juice mempunyai fungsi pencegahan dan perlindungan terhadap kanker pada tahap inisisasi, yang merupakan fase pertama pada pembentukan kanker.
Penelitian lain  yang dilakukan oleh Mian-Ying Wang, M.D. di Fakultas Kedokteran Universitas Illionis, Rockford, menunjukan bahwa tikus yang diberikan 10% Tahitian Noni Juice selama seminggu dan kemudian disuntukan sel DMBA (agen penyebab kanker) , mempunyai bercak tambahan DNA (suatu tes untuk melihat keabnormalan DNA) yang secara signifikan lebih sedikit di bandingkan dengan tikus yang juga disuntukan DMBA namun hanya diberi air. Semakin sedikit jumlah bercak tambahan DNA, semakin tinggi perlindungan terhadap kanker. Tikus yang diberi Tahitian Noni Juice mempunyai 50% bercak DNA lebih sedikit di paru-paru, 60% lebih sedikit di jantung, 70% lebih sedikit di lever, dan 90% lebih sedikit di ginjal. Tahitian Noni Juice telah terbukti memiliki kemampuan anti oksidan. Hal ini berarti dapat mengikat radikal bebas yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas dapat merusak sel dan membentuk sel kanker.
Banyak yang berpendapat bahwa aktifitas anti oksidan adalah fungsi penting dari Tahitian Noni Juice dan salah satu alasan mengapa begitu banyak orang sukses dalam melawan kanker dengan Tahitian Noni Juice.
Dari 27.000 pengguna Tahitian Noni Juice dalam survey Dr. Neil Solomon  2.365 orang menderita berbagai jenis kanker. Dari jumlah ini 60% dari mereka berhasil mengalami kemajuan kesehatan yang luar biasa.
Pengobatan Kanker
Ditemukan “ProXeronine” dalam buah noni tahiti,
mampu menghentikan penyebaran kanker ganas,
serta menyembuhkannya tanpa operasi
dan mungkin akan membuat hidup anda menjadi lebih panjang…
Ratusan riset ilmiah telah di lakukan para saintis bidang kesehatan  untuk mendapatkan kandungan Proxeronine dan  mereka menemukannya dalam buah Noni Tahiti, Zat tersebut berhasil merevitalisasi & meregenerasi Sel yang telah mati hingga berfungsi lagi, secara alami mampu meningkatkan sistim kekebalan tubuh seseorang, meningkatkan fungsi dari sel dan memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh, baik yang diakibatkan berbagai penyakit atau proses penuaan. Mampu melawan kanker ganas dan berfungsi sangat baik dalam penyembuhannya.
Kanker dalam tubuh berarti hilangnya  kontrol selular dalam tubuh, sehingga pertumbuhan sel yang tidak baik menjadi tidak terkontrol. Sel-sel kanker ini akan menyerang jaringan lokal, berpindah ketempat lain dan berkembang biak.
Kanker sendiri bermula dari sel yang bermutasi dan berubah. Sel abnormal ini mempertahankan mutasinya melalui proses reproduksi sel meskipun terdapat usaha dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha mengeleminasi sel-sel abnormal. Sel-sel yang bermutasi ini (berasal dari DNA yang abnormal) kemudian bergerak ke sekujur tubuh dan berdiam di satu atau lebih organ tubuh. Saat ini ada lebih dari seratus jenis kanker yang tumbuh dalam tubuh manusia.
Tahitian Noni Juice bermanfaat untuk kanker karena  Tahitian Noni Juice bekerja ditingkat selular. Lebih jauh lagi dipercaya bahwa Tahitian Noni Juice meningkatkan struktur selular yang di hancurkan oleh kanker. Beberapa penelitian lain telah dilakukan di laboratorium-laboratorium untuk menegaskan kemampuan Tahitian Noni Juice untuk melawan kanker. Dalam suatu penelitian, empat orang ilmuwan dari Jepang menyuntikkan sel ras (sel yang menjadi pemicu bagi pertumbuhan yang merusak) dengan substansi yang disebut damnacanthal yang ditemukan dalam Tahitian Noni Juice. Mereka mengobservasi bahwa pemberian damnachantal ternyata menghambat reproduksi sel ras secara signifikan. Damnachantal adalah suatu substansi didalam Tahitian Noni Juice yang di percaya sebagai agen anti kanker.
Sebagai tambahan, riset telah membuktikan bahwa Tahitian Noni Juice merangsang tubuh untuk mereproduksi element-element yang melawan kanker seperti nitrix oxide, interleukin (mediator sistem imunitas yang dibuat oleh dan mempengaruhi limfosit-red), interferon (sitokin yang mencegah terjadinya super infeksi oleh virus lain – red), faktor nekrosis tumor, lipopolisakarida dan sel-sel pembunuh alami. Dipercaya juga bahwa Tahitian Noni Juice mempunyai fungsi pencegahan dan perlindungan terhadap kanker pada tahap inisisasi, yang merupakan fase pertama pada pembentukan kanker. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mian-Ying Wang, M.D. di Fakultas Kedokteran Universitas Illionis, Rockford, menunjukan bahwa tikus yang diberikan 10% Tahitian Noni Juice selama seminggu dan kemudian disuntukan sel DMBA (agen penyebab kanker), mempunyai bercak tambahan DNA (suatu tes untuk melihat keabnormalan DNA) yang secara signifikan lebih sedikit di bandingkan dengan tikus yang juga disuntukan DMBA namun hanya diberi air. Semakin sedikit jumlah bercak tambahan DNA, semakin tinggi perlindungan terhadap kanker. Tikus yang diberi Tahitian Noni Juice mempunyai 50% bercak DNA lebih sedikit di paru-paru, 60% lebih sedikit di jantung, 70% lebih sedikit di lever, dan 90% lebih sedikit di ginjal. Tahitian Noni Juice telah terbukti memiliki kemampuan anti oksidan. Hal ini berarti dapat mengikat radikal bebas yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas dapat merusak sel dan membentuk sel kanker.
Banyak yang berpendapat bahwa aktifitas anti oksidan adalah fungsi penting dari Tahitian Noni Juice dan salah satu alasan mengapa begitu banyak orang sukses dalam melawan kanker dengan Tahitian Noni Juice. Dari 27.000 pengguna Tahitian Noni Juice dalam survey saya 2.365 orang menderita berbagai jenis kanker. Dari jumlah ini 60% dari mereka berhasil mengalami kemajuan kesehatan yang luar biasa.







BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
Kanker servika adalah jenis kanker yang menyerang organ reproduksi wanita , tepatnya di daerah leher rahim atau disebut serviks. Daerah leher rahim adalah daerah yang menghubungkan antara rahim dengan vagina.
1.    Gejala:
a.     Perdarahan tidak normal: diluar siklus menstruasi, setelah berhubungan intim, atau setelah pemeriksaan panggul
b.    Keputihan menahun, dengan ciri diantaranya: kental, warna kuning/kecoklatan, dapat berbau busuk dan/atau gatal
c.     Nyeri panggul hebat
2.    Penyebab:
Penyebab utama adalah karena leher rahim terjangkit  infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini menular melalui kontak seksual, pakaian dalam yang tidak bersih, sarung tangan operasi ataupun pada bayi yang tertular melalui vagina sang ibu.
Kemungkinan terjangkit virus HPV menjadi berlipat ganda apabila anda sering bergonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, dan juga bagi para wanita perokok, karena nikotin dapat merangsang jenis virus ini.
Selain itu, kebiasaan menggunakan antiseptik mencuci vagina dapat menyebabkan iritasi pada serviks dan merangsang virus.
3.    Diagnosa :
a.    Tes Pap smear
b.    Pemeriksaan Sitologi Serviks Berbasis Cairan (SSBC).
c.    Cairan vagina dilarutkan untuk memisahkan sel-sel kanker (lebih sensitif)
d.   Pemeriksaan SSBC plus HPV DNA
e.    Colposcopy: teropong leher rahim (serviks)
f.        Biopsi jaringan serviks
g.    Pemeriksaan panggul
4.    Pencegahan
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan sejak dini, terutama pada wanita-wanita muda yang belum seksual aktif. Biasanya pada rentang usia 14-26 tahun bagi wanita Indonesia. Tapi, biaya yang masih cukup mahal untuk mendapatkan vaksinasi ini dengan biaya sekitar Rp900.000,- /1x suntik  ( dimana dibutuhkan minimal 3x vaksin untuk lengkapnya)membuat sistem pencegahan kanker serviks ini menjadi sedikit terhambat untuk disosialisasikan ke masyarakat.
5.    Pengobatan
Apabila wanita telah positif terjangkit virus HPV dan positif mengidap kanker serviks, dapat dilakukan beberapa cara untuk mengobati penyakit ini, diantaranya:
a.     Operasi, dengan melakukan pembersihan area yang terserang kanker. Biasanya daerah uterus dan leher rahim yang terjangkit diambil melalui proses operasi tersebut.
b.    Radioteraphy, yaitu dengan menggunakan sinar X yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

B.  Saran
1.    Bagi para wanita yang telah memasuki usia rawan kanker serviks, disarankan untuk mendapatkan test pap smear  rutin setiap 2 tahun sekali, hingga anda mencapai usia sekitar 70 tahun.
2.    Jangan menonsumsi ataupun melakukan kegiatan yang merangsang pertumbuhan sel kanker.
3.    Deteksi sesegera mungkin ada atau tidak nya sel kanker dengan cara pemeriksaan rutin ke dokter spesialis.









DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar