RUANG LINGKUP
FAKTA
TENTANG KANKER SERVIKS
MAKALAH
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Kesehatan Reproduksi
Disusun
oleh :
Ai
Wiwin Winarti
Alya
Sri Mulyani
Eka
Puspita Wulandari
Erli
Septiawati
Fitria
Nur Kemalasari
Herlina
Efendi
Raswati
Rikeu
Ratu Bara
Tina
Karlina
|
0200090002
0200090003
0200090019
0200090025
0200090029
0200090030
0200090065
0200080056
0200090091
|
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN RESPATI
PROGRAM
DIPLOMA III KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai wanita, mendengar kata “Kanker”, pastilah
menjadi sangat menakutkan. Bagi wanita di dunia, kanker payudara merupakan
pembunuh no.1, dan saat ini kanker serviks menjadi penyakit pembunuh no.2
di dunia. Namun, tampaknya seiring perkembangan zaman, kanker serviks merambat
naik menjadi penyebab no.1 kematian wanita di dunia.
Walaupun jenis kanker ini adalah jenis kanker yang
paling mungkin dicegah dan paling mungkin untuk disembuhkan,untuk lebih
jelasnya, ada baiknya kita mengenali, dan mencegah penyakit ini. Bukankah
mencegah lebih baik daripada mengobati?
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan
jenis penyakit kanker paling umum di seluruh dunia yang biasa diderita wanita
diatas umur 15 tahun. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal
karena kanker serviks. Di Asia Pasifik, setiap 4 menit seorang wanita meninggal
karena kanker ini. Perempuan yang aktif secara seksual memiliki risiko
terinfeksi kanker serviks atau tahap awal penyakit ini tanpa memandang usia
atau gaya hidup.
Kanker serviks merupakan penyakit kanker
pada wanita kedua terbanyak diderita di Asia, dan lebih dari setengah wanita
Asia yang menderita kanker serviks meninggal atau kurang lebih sama dengan
226.000 yang didiagnosa terkena kanker serviks dan sebanyak 143.000 penyebab
kematian.
Di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker nomor
satu yang umum diderita wanita Indonesia. Pada 2001, kasus baru kanker serviks
sejumlah 2429 dari total kasus kanker, sehingga merupakan peringkat satu yaitu
25,91% dari keseluruhan kanker.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat
mempengaruhi wanita dengan latar belakang dan umur yang berbeda di seluruh
dunia, dimulai dengan leher rahim – bagian dari uterus (atau rahim) dan
kemudian mencapai vagina – dan secara bertahap akan menyebar jika tidak
diberikan pengobatan.
Kanker serviks seringkali menjangkiti
dan dapat membunuh wanita di usia yang produktif (usia 30-50 tahun), seringkali
pada saat mereka masih memiliki tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap
anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Jelaskan
pengertian dari ca servix?
2. Apa
saja tanda dan gejala ca servix?
3. Apa
penyebab ca servix?
4. Apa
saja stadium ca servix?
5. Bagaimana diagnosa ca servix?
6. Bagaimana mendeteksi ca servix?
7. Bagaimana mencegah ca servix?
8. Bagaimana mengobati ca servix?
C. Tujuan Makalah
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan umum untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Pengertian
dari ca servix
2. Tanda
dan gejala ca servix
3. Penyebab
ca servix
4. Stadium
ca servix
5. Diagnosa ca servix
6. Deteksi ca servix
7. Pencegahan ca servix
8. Pengobatan ca servix
D. Kegunaan Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini
berguna sebagai pengembangan tentang seberapa besar pengetahuan kita terhadap
kasus kasus ilmu kandungan antara lain mengenai fakta tentang kanker serviks.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.
Penulis
Sebagai wahana penambah pengetahuan
dan konsep keilmuan khususnya mengenai fakta tentang kanker serviks.
2.
Pembaca
Sebagai media informasi mengenai
fakta tentang kanker serviks.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ca Servix
1. Definisi
Leher Rahim (Servix)
Leher
Rahim adalah bagian dari sistim reproduksi wanita. Ia adalah bagian bawah yang
sempit dari rahim atau kandungan ( uterus atau womb). Rahim adalah organ
berongga yang berbetuk buah per pada perut bagian bawah. Mulut rahim (cervix)
menghubungkan rahim (kandungan) ke vagina. Vagina menjurus pada bagian luar
tubuh.
Kanal
rahim adalah jalan terusan. Darah mengalir dari kandungan melalui kanal kedalam
vagina sewaktu periode menstruasi seorang wanita. Mulut rahim juga menghasilkan
lendir. Lendir membantu sperma bergerak dari vagina kedalam kandungan (uterus).
Selama kehamilan, mulut rahim ditutup dengan ketat untuk membantu
mempertahankan bayi didalam kandungan. Sewaktu kelahiran bayi, mulut rahim
(cervix) membuka lebar untuk mengizinkan bayi melewati vagina.
2. Definisi
Kanker
Kanker
mulai didalam sel-sel, blok-blok bangunan yang menyusun jaringan-jaringan.
Jaringan-jaringan menyusun organ-organ tubuh.
Secara
normal, sel-sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh
membutuhkan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan sel-sel
baru mengambil tempat mereka.
Kadangkala,
proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh
tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika mereka seharusnya
mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang disebut
pertumbuhan atau tumor.
3. Definisi
Ca Servix
Kanker
serviks adalah jenis kanker yang menyerang organ reproduksi wanita , tepatnya
di daerah leher rahim atau disebut serviks. Daerah leher rahim adalah daerah
yang menghubungkan antara rahim dengan vagina.
Kanker
leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur,
tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Anonim, 2007).
90%
dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa (pada jaringan epitel) yang
melapisi serviks sedangkan 10% berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim (Anonim, 2005).
B.
Tanda
dan Gejala Ca Servix
Sampai
saat ini, tanda-tanda dari kanker serviks memang masih sulit untuk terdeteksi,
kecuali apabila dilakukan pemeriksaan Pap Smear, sehingga dapat
mendeteksi sel-sel abnormal penyebab kanker yang terdapat pada leher
rahim. Namun, ada beberapa tanda-tanda umum yang mungkin dapat membuat kita
lebih waspada dan memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke dokter, apabila:
1. Terjadi
pendarahan yang tidak normal yakni,
a.
Perdarahan yang terjadi diantara periode-periode
teratur menstruasi
b.
Perdarahan setelah hubungan seks, penyemprotan air,
atau suatu pemeriksaan pelvic
c.
Periode-periode menstruasi yang berlangsung lebih lama
dan lebih berat daripada sebelumnya
d.
Perdarahan setelah menopause
2. Rasa
sakit yang tidak biasanya pada saaat berhubungan intim.
3. Keputihan
menahun, dengan ciri diantaranya: kental, warna kuning/kecoklatan, dapat berbau
busuk dan/atau gatal
4. Rasa
nyeri dan sakit pada pinggul dan kaki
5. Bau
tidak sedap di barengi dengan keluarnya cairan kekuningan dari vagina.
6. Terjadi
pembengkakan pada kaki
7. Kotoran
vagina yang meningkat
Gejala-gejala
diatas dapat menjadi alarm bagi setiap wanita untuk langsung memeriksakan
kesehatannya. Walaupun, belum tentu penyebab-penyebab diatas menjadi positif
kanker serviks, dapat juga hanya berupa infeksi pada vagina yang juga
memerlukan perhatian agar tidak menjadi lebih parah.
C. Penyebab
Ca Servix
Penyebab
paling utama kanker servik adalah anggota famili Papovirida yaitu HPV (Human
Papiloma Virus) yang mempunyai diameter 55 µm dan virus ini ditularkan secara
seksual. HPV memiliki kapsul isohedral yang telanjang dengan 72 kapsomer, serta
mengandung DNA circular double stranded dengan panjang kira – kira 8000 pasang
basa
Virus ini menular melalui kontak seksual, pakaian dalam yang tidak bersih, sarung tangan operasi ataupun pada bayi yang tertular melalui vagina sang ibu. Kemungkinan terjangkit virus HPV menjadi berlipat ganda apabila anda sering bergonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, dan juga bagi para wanita perokok, karena nikotin dapat merangsang jenis virus ini.
Virus ini menular melalui kontak seksual, pakaian dalam yang tidak bersih, sarung tangan operasi ataupun pada bayi yang tertular melalui vagina sang ibu. Kemungkinan terjangkit virus HPV menjadi berlipat ganda apabila anda sering bergonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, dan juga bagi para wanita perokok, karena nikotin dapat merangsang jenis virus ini.
Selain
itu, kebiasaan menggunakan antiseptik mencuci vagina dapat menyebabkan iritasi
pada serviks dan merangsang virus.
Berdasarkan
penelitian Sjamsuddin (2001), disimpulkan bahwa terdapat 3 golongan tipe HPV
dalam hubungannya dengan kanker serviks, yaitu :
1. HPV
resiko rendah, yaitu HPV tipe 6 dan 11, 46 yang jarang ditemukan pada karsinoma
invasif.
2. HPV
resiko sedang, yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58
3. HPV
resiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, 31.
Ketiga
jenis HPV ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal, namun hanya tipe
2 dan 3 yang menyebabakan kanker (Anonim, 2006; Yamato et al., 2006).
D. Stadium
Ca Servix
Untuk tumbuh
menjadi kanker leher rahim dibutuhkan beberapa tahun sejak sel-sel leher rahim
mengalami perubahan. Sel-sel leher rahim abnormal yang bukan merupakan sel
kanker namun dapat berkembang menjadi kanker disebut dengan cervical
intra-epithelial neoplasia (CIN). CIN juga disebut sebagai sel-sel prekanker
yang jika tidak ditangani lebih lanjut akan berpotensi untuk berkembang menjadi
kanker. Namun tidak semua wanita yang memiliki CIN akan menderita kanker.
Keberadaan CIN identik dengan displasia (Anonim, 2003c).
Perkembangan
kanker servik meliputi displasia ringan (5 tahun), displasia sedang (3 tahun),
displasia berat (1 tahun) sampai menjadi kanker stadium 0. Tahap pra kanker ini
sering tidak menimbulkan gejala (92%), selanjutnya masuk tahap kanker invasif
berupa kanker stadium I sampai stadium IV (Anonim, 2003). Menurut International
Federation of Gynecologists and Obstetricians, perkembangan kanker leher rahim
dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan ukuran tumor, kedalaman penetrasi pada
leher rahim dan penyebaran kanker di dalam maupun diluar leher rahim.
Stadium-stadium tersebut adalah sebagai berikut (Canavan dan Doshi, 2000) :
Stadium
|
0
|
Terjadi pertumbuhan
kanker (karsinoma) pada jaringan epitel leher rahim
|
Stadium
|
I
|
Pertumbuhan kanker masih
terbatas pada leher rahim
|
Ia
|
Secara mikroskopis, kanker
telah menginvasi jaringan (terjadi penetrasi). Ukuran invasi sel kanker :
kedalaman < 5 mm, sedangkan lebarnya < 7 mm
|
|
Ia1
|
Ukuran invasi mempunyai kedalaman < 3 mm
dan lebar < 7 mm
|
|
Ia2
|
Kedalaman invasi > 3 mm dan < 5 mm,
lebar < 7 mm
|
|
Ib
|
Terjadi lesi yang ukurannya lebih besar dari lesi
yang terjadi pada stadium Ia
|
|
Ib1
|
Ukuran tumor < 4 cm
|
|
Ib2
|
Tumor > 4 cm
|
|
Stadium
|
II
|
Karsinoma meluas sampai keluar leher rahim tetapi
belum sampai dinding pelvis; karsinoma menyerang vagina tapi belum mencapai
1/3 vagina bagian bawah
|
IIa
|
Belum ada parameter yang jelas
|
|
IIb
|
Parameter jelas
|
|
Stadium
|
III
|
Karsinoma meluas ke dinding pelvis; pada pemeriksaan
rektal, tidak terlihat adanya ruang kosong antara tumor dan dinding pelvis;
tumor menyerang 1/3 vagina bagian bawah; pada semua kasus juga ditemukan
adanya hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi
|
IIIa
|
Kanker tidak menjalar ke dinding pelvis, tapi
menyerang 1/3 vagina bagian bawah
|
|
IIIb
|
Menjalar
ke dinding pelvis, terjadi hidronefrosis atau kegagalan fungsi ginjal, atau
keduanya
|
|
Stadium
|
IV
|
Karsinoma meuas melewati pelvis atau mukosa kandung
kemih atau rektal
|
IVa
|
Menyebar ke organ yang berdekatan
|
|
IVb
|
Menyebar ke organ yang jauh
|
Kanker
leher rahim yang disebabkan oleh beberapa tipe human papillomavirus (HPV)
beresiko tinggi seperti HPV16 dan HPV18 memiliki onkogen E6 dan E7 dimana
kedua ekspresi gen ini menjadi prasyarat bagi perkembangan kanker dan
pertahanan fenotip malignan. Pemusnahan kedua onkogen ini dipertimbangkan untuk
diaplikasikan pada terapi molekuler kanker servik (Yamato et al., 2006).
Protein E6 dan E7 dari HPV memodulasi protein seluler yang mengatur daur sel.
1. Protein E6
a. Berikatan
dengan protein selular yang disebut E6-associated protein (E6-AP) membentuk
ubiquitin ligase E3 dengan target degradasi tumor suppressor p53 (Gewin et al.,
2004). Degradasi p53 mengakibatkan sel tidak mengalami apoptosis ataupun
memasuki cell cycle arest pada G1/S.
b. Menginduksi
protein c-myc yang dapat memacu enzim telomerase yang menyebabkan sel bersifat
immortal. Menstimulasi ekspresi eksogenus gen hTERT (human telomerase reverse
transcriptase) yang mengkode subunit katalitik dari telomerase (Horner et al.,
2004) selain itu induksi telomerase juga terjadi melalui perantara kompleks
E6-AP (Gewin et al., 2004).
2. Protein E7
a. Mengikat
bentuk aktif terhipofosforilasi dari p105Rb dan anggota-anggota famili
retinoblastoma (Rb) lainnya dari protein tumor supresor mengakibatkan
destabilisasi dan hilangnya kompleks pRb/E2F dimana kompleks pRb/E2F berfungsi
menekan transkripsi gen yang dibutuhkan untuk progresi siklus sel. Jalur p53 dan
pRb saling berhubungan satu sama lain: fosforilasi p105Rb yang mengakibatkan
lepasnya kompleks Rb/E2F diperantarai oleh cyclin-dependent kinase (cdk)
dihambat oleh p21 yang merupakan target transkripsi dari p53. Protein E6 dan E7
juga menunjukkan ketidaktergantungannya pada aktivitas p53 dan pRb (DeFilippis
et al., 2003).
b. Protein
E7 dapat menginhibisi p21 dan p27 (Fehrman, 2003).
Sebagian
besar sel kanker servik mempunyai gen p53 dan p105Rb dalam bentuk wild type.
Jadi, gen pengatur pertumbuhan yang aktif dalam sel normal ini juga terdapat
dalam sel kanker leher rahim. Namun, aktivitasnya dihambat oleh ekspresi
protein E6 dan E7 dari HPV (Goodwin dan DiMaio, 2000). Apabila ekspresi onkogen
E6 dan E7 dihambat, maka protein tumor supresor p53 dan retinoblastoma aktif
dan sel kanker servik mengalami senescence yang kemudian menyebabkan apoptosis
(Horner et al., 2004).
Genom papilomavirus bereplikasi seperti plasmid
ekstrakromosomal pada lesi premalignan dan juga terintegrasi pada sebagian
besar karsinoma leher rahim secara acak. (Dalimartha, 1999; Matsukura et al.,
1989). Genom virus yang terintegrasi ini akan memberikan mekanisme: Ekspresi E6
dan E7 dihambat oleh E2. E2 dapat menekan ekspresi E6 dan E7 karena E2 akan
berikatan pada promotor awal HVP, sehingga akan menghalangi ikatan dua faktor
transkripsi esensial, TBP dan Sp1 (Desaintes et al., 1999). Namun, E2 tidak
diekspresikan pada viral DNA yang terintegrasi ada genom sel inang, karena gen
E2 mengalami splitting dan menjadi in aktif. Akibatnya, dalam keadaan tanpa
repressor, protein E6 dan E7 terekspresi dalam jumlah tinggi sehingga
menyebabkan tumor suppressor protein, yaitu p53 dan p105Rb tidak aktif dan
menstimulasi pertumbuhan (Hwang et al., 1993).
E.
Diagnosa
Ca Servix
Untuk mendiagnosa Kanker serviks,
biasanya dilakukan pemeriksaan:
1.
Tes Pap smear, Jika seorang wanita mempunyai gejala
atau hasil-hasil tes Pap yang menganjurkan sel-sel sebelum bersifat kanker atau
kanker leher rahim, dokternya akan menyaranka prosedur-prosedur lain untuk
membuat diagnosis.
2.
Pemeriksaan Sitologi Serviks Berbasis Cairan (SSBC).
3.
Cairan vagina dilarutkan untuk memisahkan sel-sel
kanker (lebih sensitif)
4.
Pemeriksaan SSBC plus HPV DNA
5.
Colposcopy: teropong leher rahim (serviks), Dokter
menggunakan sebuah colposcope untuk melihat pada leher rahim (cervix).
Colposcope menggabungkan cahaya yang terang dengan lensa pembesar untuk membuat
jaringan lebih mudah dilihat. Ia tidak dimasukkan kedalam vagina. Colposcopy
biasanya dilakukan di ruang praktek dokter atau klinik.
6.
Biopsi jaringan serviks, Dokter mengangkat jaringan
untuk mencari sel-sel sebelum bersifat kanker (precancerous cells) atau sel-sel
kanker. Kebanyakan wanita-wanita mempunyai biopsinya di ruang praktek dokter
dengan pembiusan lokal. Seorang ahli patologi memeriksa jaringan itu dengan
sebuah mikroskop.
7.
Pemeriksaan panggul
8.
Punch biopsy: Dokter menggunakan suatu alat berongga
yang tajam untuk mencubit contoh-contoh (samples) kecil dari jaringan leher
rahim.
9.
LEEP: Dokter menggunakan suatu kawat listrik untuk
memotong potongan bulat yang tipis dari jaringan.
10.
Endocervical curettage: Dokter menggunakan suatu
curette (sebuah alat kecil berbentuk sendok) untuk memarut sample kecil
jaringan dari kanal leher rahim. Beberapa dokter-dokter mungkin menggunakan
sikat halus yang tipis sebagai ganti dari sebuah curette.
11.
Conization: Dokter mengangkat sample jaringan yang
berbentuk seperti kerucut. Conization, atau biopsi kerucut (cone
biopsy), membiarkan ahli patologi melihat jika sel-sel abnormal berada di
jaringan dibawah permukaan leher rahim. Dokter mungkin melakukan tes ini di
rumah sakit dibawah pembiusan total. Conization juga dapat digunakan untuk
mengangkat area sebelum bersifat kanker. Mengangkat jaringan dari leher rahim
dapat menyebabkan beberapa perdarahan atau kotoran lain. Area ini biasanya
sembuh dengan cepat. Wanita-wanita mungkin juga merasa beberapa nyeri serupa
dengan kejang-kejang menstruasi. Obat dapat menghilangkan ketidaksenangan ini.
F. Deteksi Ca Servix
Layaknya
semua kanker, terjadinya kanker leher rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan
sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel
tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh
sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun
sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut,
pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal
tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut
dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut “Pap smear test”,
sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah
resiko seseorang menderita kanker leher rahim.
Pap
smear test merupakan suatu test yang aman, cepat dan murah dan telah dipakai
bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel
leher rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou,
sehingga dinamakan Pap smear test. Pap smear test adalah suatu metode
pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di
bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel
tersebut. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan
spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk
membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan
pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim
kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang
dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan
tersebut dioleskan pada obyek-glass, dan kemudian dikirim ke laboratorium
patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti (Dolinsky, 2002).
Prosedur
pemeriksaan Pap smear test mungkin sangat tidak menyenangkan, tetapi tidak akan
menimbulkan rasa sakit. Pap smear test dilakukan seminggu atau dua minggu
setelah berakhirnya masa menstruasi. Bagi orang yang telah tidak haid, Pap
smear test dapat dilakukan kapan saja. Tetapi jika kandung rahim dan leher
rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan
kandung rahim dan leher rahim), Pap smear test tidak perlu lagi dilakukan
karena secara otomatis orang tersebut telah terbebas dari resiko menderita
kanker leher rahim. Pap smear test biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali,
dan lebih baik dilakukan secara teratur. Hal yang harus selalu diingat adalah
tidak ada kata terlambat untuk melakukan Pap smear test. Pap smear test selalu
diperlukan meskipun tidak lagi melakukan aktifitas seksual (Anonim, 2003b).
Jika
terjadi pendarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi
terjadi dan terjadi keluarnya cairan (discharge) maka harus segera dilakukan
pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan tersebut bukanlah suatu hal yang
normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun baru saja
melakukan Pap smear test.
Hasil
‘Pap Smear’ dikatakan abnormal jika sel-sel leher rahim ketika diperiksa di
bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang berbeda dengan sel normal.
Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan ‘Pap Smear’ (Sofyan, 2000).
Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya penampakan ‘Pap
Smear’ yang abnormal adalah:
1. Unsatisfactory
‘Pap Smear’. Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat
sel-sel leher rahims dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan
yang komprehensive kepada dokter. Oleh karena itu harus dilakukan Pap Smear
test kembali (Sofyan, 2000).
2. Jika
ada infeksi atau inflamasi. Kadang-kadang pada pemeriksaan ‘Pap Smear’
memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam
leher rahim mengalami suatu iritasi yang sifatnya ringan. Memang kadang-kadang
inflamasi dapat kita deteksi melalui pemeriksaan ‘Pap Smear’, biarpun kita
tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang
ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam, mungkin telah terjadi infeksi yang
dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur’. Oleh karena itu harus dilakukan
Pap Smear test kembali setelah infeksi atau inflamasi sembuh (Sofyan, 2000).
3. Atypia
atau Minor Atypia. Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada
pemeriksaan ‘Pap Smear’ terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahim,
tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya
hasilnya dilaporkan sebagai ‘atypia’. Biasanya terjadinya perubahan penampakan
sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena
infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak
memungkinkan pada tahap ini, sehingga harus dilakukan pemeriksaan lagi dalam
waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal
lagi. Jadi, sangat penting melakukan ‘Pap Smear’ kembali untuk memastikan bahwa
kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan
yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menunjukan hasil yang sama maka
disarankan untuk menjalani kolposkopi (Sofyan, 2000).
Kolposkopi adalah suatu prosedur
pemeriksaan vagina dan leher rahim oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam
bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahim, dokter akan menentukan
penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam
pemeriksaan ‘Pap Smear’. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut:
dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran
leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang
mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam
saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop
adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang
kuat dengan pembesaran yang tinggi (Anonim, 2003b).
Jika
area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada
jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna
pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali
pada hasil pemeriksaan kolposkopi (Yohanes, 2000).
G. Pencegahan Ca Servix
Yang harus dilakukan
untuk menghindari kanker leher rahim adalah :
1. jika
pernah melakukan hubungan seksual maka harus melakukan Pap smear test secara
teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai berusia 70 tahun. Pada
beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk melakukan Pap smear test lebih
sering.
2. Melaporkan
adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama
setelah coitus (senggama). Hal yang ke tiga adalah tidak merokok. Data
statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi
lebih tinggi jika wanita merokok. Dengan melakukan beberapa tindakan yang dapat
memperkecil resiko tersebut, maka kejadian kanker leher rahim ini dapat
dihindari (Zhao, 2004).
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan sejak dini,
terutama pada wanita-wanita muda yang belum seksual aktif. Biasanya pada
rentang usia 14-26 tahun bagi wanita Indonesia. Tapi, biaya yang masih cukup
mahal untuk mendapatkan vaksinasi ini dengan biaya sekitar Rp900.000,- /1x
suntik ( dimana dibutuhkan minimal 3x vaksin untuk lengkapnya)membuat
sistem pencegahan kanker serviks ini menjadi sedikit terhambat untuk
disosialisasikan ke masyarakat. Bagi para wanita yang telah memasuki usia rawan
kanker serviks, disarankan untuk mendapatkan test pap smear rutin setiap
2 tahun sekali, hingga anda mencapai usia sekitar 70 tahun.
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan
dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker
jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap
smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun
melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam.
Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali
lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang
berusia 15 hingga 25 tahun.
H. Pengobatan
Apabila
wanita telah positif terjangkit virus HPV dan positif mengidap kanker serviks,
dapat dilakukan beberapa cara untuk mengobati penyakit ini, diantaranya:
1. Operasi/pembedahan
dengan melakukan pembersihan area yang terserang kanker. Biasanya daerah uterus
dan leher rahim yang terjangkit diambil melalui proses operasi tersebut.
2. Radioteraphy,
yaitu dengan menggunakan sinar X yang dapat dilakukan secara internal maupun
eksternal.
Pembedahan
Ca Servix :
1. Konisasi
(cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada serviks dan kanal
serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa ataupun
pengobatan pra-kanker serviks
2. Cryosurgery:
yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan menghancurkan jaringan abnormal
(biasanya untuk stadium pra-kanker serviks)
3. Bedah laser:
untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker serviks
4. Loop
electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus listrik yang
dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks
5. Total
Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
6. Radikal
Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur, tuba falopi
maupun kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium pra kanker ataupun kanker serviks
yang kurang invasif (stadium IA) biasanya diobati dengan histerektomi. Bila
pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi
pilihan. Untuk stadium kanker serviks awal IB dan IIA:
1. Ukuran tumor
lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa
kemo.
2. Ukuran tumor lebih besar dari 4cm:
radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo
berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
Gambar Ilustrasi Histerektomi
Radioterapi dan Kemoterapi pada Ca Servix
Kanker serviks stadium lanjut
(IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo berbasis cisplatin. Pada
stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan
kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Untuk tipe kanker serviks invasif,
biasanya pembedahan dan radioterapi adalah treatment yang paling umum
digunakan. Kemoterapi atau terapi biologis kadang-kadang digunakan.
Jenis-jenis radioterapi untuk kanker serviks:
1.
Eksternal: mesin besar ditujukan ke area panggul.
Biasanya diberikan 5 hari @beberapa menit per sesi dalam seminggu selama 5-6
minggu
2.
Internal: menggunakan kapsul bahan radioaktif yang
ditanam di area serviks selama 1-3 hari, lalu dapat diulang beberapa kali
selama 1-2 minggu.
Typhonium Plus® untuk Ca Servix
Bagi Anda yang terkena kanker
serviks, juga dapat mengkonsumsi Typhonium Plus® - suatu ramuan herbal (100%
NATURAL) yang berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan sel-sel
kanker serviks.
Extract Typhonium Flagelliforme
(Keladi Tikus) dan bahan alami lainnya membantu detoxifikasi jaringan darah.
Ramuan ini mengandung Ribosome inacting protein(RIP), yang berfungsi
menonaktifkan perkembangan sel kanker, merontokkan sel kanker tanpa merusak
jaringan sekitarnya dan memblokir pertumbuhan sel kanker.
Terapi untuk kanker
leher rahim berbeda untuk tiap stadium kanker. Pada stadium awal dapat
dilakukan pembedahan terhadap jaringan yang mengandung sel kanker. Pada stadium
selanjutnya, terapi dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi, maupun
kemoradioterapi. Jenis terapi ini dapat berpengaruh pada sel normal (La Russo,
2004)
Kandungan Proxeronine Tahitian Noni Juice bekerja pada
tingkat selular. Proxeronine meningkatkan struktur selular yang di hancurkan
oleh kanker.
Selain Proxeronine riset terhadap Tahitian
Noni Juice yang telah dilakukan di laboratorium-laboratorium menegaskan
kemampuan Tahitian Noni Juice untuk melawan kanker. Dalam suatu penelitian,
empat orang ilmuwan dari Jepang menyuntikkan sel ras (sel yang menjadi pemicu
bagi pertumbuhan yang merusak) dengan substansi yang disebut damnacanthal
yang ditemukan dalam Tahitian Noni Juice.
Mereka mengobservasi bahwa pemberian damnachantal
ternyata menghambat reproduksi sel ras secara signifikan.
Damnachantal adalah suatu substansi didalam Tahitian Noni Juice
yang bekerja sebagai agen anti kanker.
Dalam Riset tersebut
juga membuktikan bahwa Tahitian Noni Juice merangsang
tubuh untuk mereproduksi element-element yang melawan kanker seperti nitrix
oxide, interleukin (mediator sistem imunitas yang dibuat oleh dan mempengaruhi
limfosit-red), interferon (sitokin yang mencegah terjadinya super infeksi oleh
virus lain – red), faktor nekrosis tumor, lipopolisakarida dan sel-sel pembunuh
alami.
Dipercaya juga bahwa Tahitian Noni Juice mempunyai fungsi
pencegahan dan perlindungan terhadap kanker pada tahap inisisasi, yang
merupakan fase pertama pada pembentukan kanker.
Penelitian lain
yang dilakukan oleh Mian-Ying Wang, M.D. di Fakultas
Kedokteran Universitas Illionis, Rockford, menunjukan bahwa tikus yang
diberikan 10% Tahitian Noni Juice selama seminggu
dan kemudian disuntukan sel DMBA (agen penyebab kanker) , mempunyai bercak
tambahan DNA (suatu tes untuk melihat keabnormalan DNA) yang secara signifikan
lebih sedikit di bandingkan dengan tikus yang juga disuntukan DMBA namun hanya
diberi air. Semakin sedikit jumlah bercak tambahan DNA, semakin tinggi
perlindungan terhadap kanker. Tikus yang diberi Tahitian Noni Juice mempunyai
50% bercak DNA lebih sedikit di paru-paru, 60% lebih sedikit di jantung, 70%
lebih sedikit di lever, dan 90% lebih sedikit di ginjal. Tahitian Noni Juice
telah terbukti memiliki kemampuan anti oksidan. Hal ini berarti dapat mengikat
radikal bebas yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas dapat merusak sel dan
membentuk sel kanker.
Banyak yang berpendapat
bahwa aktifitas anti oksidan adalah fungsi penting dari Tahitian Noni Juice dan salah satu
alasan mengapa begitu banyak orang sukses dalam melawan kanker dengan Tahitian
Noni Juice.
Dari 27.000 pengguna Tahitian Noni Juice
dalam survey Dr. Neil Solomon 2.365 orang menderita berbagai jenis
kanker. Dari jumlah ini 60% dari mereka berhasil mengalami kemajuan kesehatan
yang luar biasa.
Pengobatan Kanker
mampu menghentikan penyebaran kanker
ganas,
serta menyembuhkannya tanpa operasi
dan mungkin akan membuat hidup anda
menjadi lebih panjang…
Ratusan riset ilmiah telah di lakukan para saintis
bidang kesehatan untuk mendapatkan kandungan Proxeronine dan mereka menemukannya dalam buah Noni Tahiti, Zat
tersebut berhasil merevitalisasi & meregenerasi Sel yang telah mati hingga
berfungsi lagi, secara alami mampu meningkatkan sistim kekebalan tubuh seseorang,
meningkatkan fungsi dari sel dan memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh,
baik yang diakibatkan berbagai penyakit atau proses penuaan. Mampu melawan
kanker ganas dan berfungsi sangat baik dalam penyembuhannya.
Kanker dalam tubuh
berarti hilangnya kontrol selular dalam tubuh, sehingga pertumbuhan sel
yang tidak baik menjadi tidak terkontrol. Sel-sel kanker ini akan menyerang
jaringan lokal, berpindah ketempat lain dan berkembang biak.
Kanker sendiri
bermula dari sel yang bermutasi dan berubah. Sel abnormal ini mempertahankan
mutasinya melalui proses reproduksi sel meskipun terdapat usaha dari sistem
pertahanan tubuh yang berusaha mengeleminasi sel-sel abnormal. Sel-sel yang
bermutasi ini (berasal dari DNA yang abnormal) kemudian bergerak ke sekujur
tubuh dan berdiam di satu atau lebih organ tubuh. Saat ini ada lebih dari
seratus jenis kanker yang tumbuh dalam tubuh manusia.
Tahitian Noni Juice bermanfaat
untuk kanker karena Tahitian Noni Juice bekerja
ditingkat selular. Lebih jauh lagi dipercaya bahwa Tahitian Noni Juice
meningkatkan struktur selular yang di hancurkan oleh kanker. Beberapa
penelitian lain telah dilakukan di laboratorium-laboratorium untuk menegaskan
kemampuan Tahitian Noni Juice untuk melawan kanker. Dalam suatu penelitian,
empat orang ilmuwan dari Jepang menyuntikkan sel ras (sel yang menjadi pemicu
bagi pertumbuhan yang merusak) dengan substansi yang disebut damnacanthal yang
ditemukan dalam Tahitian Noni Juice. Mereka mengobservasi bahwa pemberian
damnachantal ternyata menghambat reproduksi sel ras secara signifikan.
Damnachantal adalah suatu substansi didalam Tahitian Noni Juice yang di
percaya sebagai agen anti kanker.
Sebagai
tambahan, riset telah membuktikan bahwa Tahitian Noni Juice merangsang
tubuh untuk mereproduksi element-element yang melawan kanker seperti nitrix
oxide, interleukin (mediator sistem imunitas yang dibuat oleh dan mempengaruhi
limfosit-red), interferon (sitokin yang mencegah terjadinya super infeksi oleh
virus lain – red), faktor nekrosis tumor, lipopolisakarida dan sel-sel pembunuh
alami. Dipercaya juga bahwa Tahitian Noni Juice mempunyai
fungsi pencegahan dan perlindungan terhadap kanker pada tahap inisisasi, yang
merupakan fase pertama pada pembentukan kanker. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Mian-Ying Wang, M.D. di Fakultas Kedokteran Universitas
Illionis, Rockford, menunjukan bahwa tikus yang diberikan 10% Tahitian Noni
Juice selama seminggu dan kemudian disuntukan sel DMBA (agen penyebab kanker),
mempunyai bercak tambahan DNA (suatu tes untuk melihat keabnormalan DNA) yang
secara signifikan lebih sedikit di bandingkan dengan tikus yang juga disuntukan
DMBA namun hanya diberi air. Semakin sedikit jumlah bercak tambahan DNA,
semakin tinggi perlindungan terhadap kanker. Tikus yang diberi Tahitian Noni
Juice mempunyai 50% bercak DNA lebih sedikit di paru-paru, 60% lebih sedikit di
jantung, 70% lebih sedikit di lever, dan 90% lebih sedikit di ginjal. Tahitian
Noni Juice telah terbukti memiliki kemampuan anti oksidan. Hal ini berarti
dapat mengikat radikal bebas yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas dapat
merusak sel dan membentuk sel kanker.
Banyak yang
berpendapat bahwa aktifitas anti oksidan adalah fungsi penting dari Tahitian Noni Juice dan salah
satu alasan mengapa begitu banyak orang sukses dalam melawan kanker dengan
Tahitian Noni Juice. Dari 27.000 pengguna Tahitian Noni Juice dalam survey saya
2.365 orang menderita berbagai jenis kanker. Dari jumlah ini 60% dari mereka
berhasil mengalami kemajuan kesehatan yang luar biasa.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kanker
servika adalah jenis kanker yang menyerang organ reproduksi wanita , tepatnya
di daerah leher rahim atau disebut serviks. Daerah leher rahim adalah daerah
yang menghubungkan antara rahim dengan vagina.
1. Gejala:
a. Perdarahan
tidak normal: diluar siklus menstruasi, setelah berhubungan intim, atau setelah
pemeriksaan panggul
b. Keputihan
menahun, dengan ciri diantaranya: kental, warna kuning/kecoklatan, dapat berbau
busuk dan/atau gatal
c. Nyeri
panggul hebat
2. Penyebab:
Penyebab utama adalah karena leher rahim
terjangkit infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini menular melalui
kontak seksual, pakaian dalam yang tidak bersih, sarung tangan operasi ataupun
pada bayi yang tertular melalui vagina sang ibu.
Kemungkinan terjangkit virus HPV menjadi berlipat
ganda apabila anda sering bergonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan
seksual, dan juga bagi para wanita perokok, karena nikotin dapat merangsang
jenis virus ini.
Selain itu, kebiasaan menggunakan antiseptik mencuci
vagina dapat menyebabkan iritasi pada serviks dan merangsang virus.
3. Diagnosa
:
a. Tes Pap
smear
b. Pemeriksaan
Sitologi Serviks Berbasis Cairan (SSBC).
c. Cairan
vagina dilarutkan untuk memisahkan sel-sel kanker (lebih sensitif)
d. Pemeriksaan
SSBC plus HPV DNA
e. Colposcopy:
teropong leher rahim (serviks)
f. Biopsi jaringan serviks
g. Pemeriksaan
panggul
4. Pencegahan
Pencegahan
penyakit ini dapat dilakukan sejak dini, terutama pada wanita-wanita muda yang
belum seksual aktif. Biasanya pada rentang usia 14-26 tahun bagi wanita
Indonesia. Tapi, biaya yang masih cukup mahal untuk mendapatkan vaksinasi ini
dengan biaya sekitar Rp900.000,- /1x suntik ( dimana dibutuhkan minimal
3x vaksin untuk lengkapnya)membuat sistem pencegahan kanker serviks ini menjadi
sedikit terhambat untuk disosialisasikan ke masyarakat.
5. Pengobatan
Apabila
wanita telah positif terjangkit virus HPV dan positif mengidap kanker serviks,
dapat dilakukan beberapa cara untuk mengobati penyakit ini, diantaranya:
a. Operasi,
dengan melakukan pembersihan area yang terserang kanker. Biasanya daerah uterus
dan leher rahim yang terjangkit diambil melalui proses operasi tersebut.
b.
Radioteraphy, yaitu dengan menggunakan
sinar X yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
B. Saran
1. Bagi
para wanita yang telah memasuki usia rawan kanker serviks, disarankan untuk
mendapatkan test pap smear rutin setiap 2 tahun sekali, hingga anda
mencapai usia sekitar 70 tahun.
2. Jangan
menonsumsi ataupun melakukan kegiatan yang merangsang pertumbuhan sel kanker.
3.
Deteksi sesegera mungkin ada atau tidak
nya sel kanker dengan cara pemeriksaan rutin ke dokter spesialis.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar