Asuhan Kebidanan Komunitas
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah ASKEB VII
Disusun
oleh :
Eka Novia Majid
Eka Puspita Wulandari
Eka Sukma Ainnur S
Lulu Annadhipaah
Tina Karlina
Vini Mulyani
|
0200090018
0200090019
0200090020
0200090046
0200090091
0200090093
|
PROGRAM STUDI DIPLOMA
III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
2011
LEMBAR
PENGESAHAN/PENERIMAAN
Makalah ini telah
diterima pada hari.....................tanggal..............................
Oleh Dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas
Erwina Sumartini, S.ST.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena berkat rahmat dan hidayah – Nya
penyusun telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Asuhan Kebidanan Komunitas”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas.
Asuhan
kebidanan komunitas adalah merupakan bagian integral dari system pelayanan
kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu, anak dan Keluarga
Berencana. Manajemen kebidananan adalah metode yang
digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan
masalah serta melakukan tindakan untuk menyelematkan pasiennya dari gangguan
kesehatan. Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan
yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan
tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga
digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti,
penerapan manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996).
Penyusun
menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penyusun mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Ibu Erwina Sumartini, selaku dosen
mata kuliah yang telah membantu penyusun selama menyusun makalah ini.
2.
Rekan-rekan seangkatan yang telah
memotivasi penyusun untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
3.
Semua pihak yang tidak bisa
penulis sebut satu per satu.
Semoga
Allah swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena
masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistmatika dan
teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi penyusun dan bagi pembaca. Amin.
Tasikmalaya, 20 April 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Makalah ............................................................................... 2
D. Kegunaan makalah........................................................................... 3
E. Prosedur makalah............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Asuhan
Antenatal............................................................................ 4
B. Asuhan Internatal............................................................................ 10
C. Asuhan
Ibu Post Partum............................................................. .... 13
D. Asuhan
Bayi Baru Lahir Dan Balita........................................... . 17
E. PPGDON.................................................................................... . 28
F.
Pelayanan Kontrasepsi Dan Rujukan.......................................... .... 32
G. Sistem
Rujukan........................................................................... . 45
BAB III SIMPULAN DAN
SARAN
A. Simpulan.......................................................................................... 58
B. Saran................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk
mencapai kemampuan untuk hidup sehat, bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat secara
optimal diperlukan peran serta masyarakat dan sumber daya masyarakat sebagai
modal dasar dalam pembangunan nasioal, termasuk keluarga sebagai unit terkecil
dari masyarakat.
Dalam upaya mewujudkan kesehatan masyarakat
terutama dalam mencegah angka kematian ibu dan anak pemerintah mencanangkan
program safe methorhood yang berupa 6 pilar sebagai realisasi kerja, antara
lain :
1. Pelayanan keluarga berencana
2. Asuhan antenatal
3. Persalinan bersih dan aman
4. Pelayanan obsetrik neonatal
5. Pelayanan kesehatan dasar
6. Pelayanan kesehatan primer dengan pemberdayaan wanita
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarkat
dimana masalah kesehatan dapat timbul, berupa masalah KIA/KB, KELING.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang Masalah di atas, kami merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana asuhan kebidanan komunitas
pada antenatal?
2.
Bagaimana asuhan kebidanan
komunitas pada intranatal?
3.
Bagaimana asuhan kebidanan
komunitas pada postnatal?
4.
Bagaimana asuhan kebidanan
komunitas pada bayi baru lahir dan balita?
5.
Bagaimana asuhan kebidanan
komunitas pada PPGDON?
6.
Bagaimana asuhan kebidanan
komunitas pada pelayanan KB dan rujukannya?
7.
Bagaimana asuhan kebidanan
komunitas pada sistem rujukan?
C.
Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.
Asuhan kebidanan komunitas pada
antenatal
2.
Asuhan kebidanan komunitas pada
intranatal
3.
Asuhan kebidanan komunitas pada
postnatal
4.
Asuhan kebidanan komunitas pada
bayi baru lahir dan balita
5.
Asuhan kebidanan komunitas pada
PPGDON
6.
Asuhan kebidanan komunitas pada
pelayanan KB dan rujukannya
7.
Asuhan kebidanan komunitas pada
sistem rujukan
D.
Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun
dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. Secara
teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan dasar Bahasa Indonesia,
secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.
Penulis, sebagai wahana penambah
pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang asuhan kebidanan komunitas.
2.
Pembaca atau Dosen, Sebagai media
informasi tentang penyakit tersebut baik secara teoritis maupun secara praktis.
E.
Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskritif. Melalu metode ini kami menguraikan
permasalahn yang dibahas secara jelas. Data teoritis dalam makalah ini
dikumpulkan dengan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui
kegiatan membaca berbagai sumber yang relefan dengan tema makalah. Data
tersebut di olah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan
data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asuhan Antenatal
1.
Definisi Antenatal
Asuhan antenatal
adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan
medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan. (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal
Care).
2.
Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal
adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan,
dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa
kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi
5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian
imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90
tablet selama masa kehamilan.
3.
Tujuan Antenatal
a.
Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan
dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.
b.
Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.
c.
Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal.
Asuhan antenatal HARUS
dimulai sedini mungkin.
Perencanaan
Jadwal pemeriksaan
(usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir):
a.
Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
b.
28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
c.
Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
KECUALI jika ditemukan
kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain,
pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
4.
Kunjungan/Pemeriksaan Pertama
Antenatal Care
a.
Tujuan
1.
Menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan
2.
Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
3.
Menentukan status kesehatan ibu dan janin
4.
Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya
faktor risiko kehamilan
5.
Menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya
b.
Anamnesis
1.
Identitas pasien
a)
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan
dan tingkat pendidikan.
b)
Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30 tahun.
c)
Pada kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di
luar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang tinggi.
d)
Tidak jarang pasien meminta aborsi.
e)
Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk
kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah
dini, persalinan preterm, abortus.
2.
Keluhan umum
Sadar/tidak akan
kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil, atau ada keluhan /
masalah lain yang dirasakan.
3.
Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
a) Ada/tidaknya gejala
dan tanda kehamilan.
b) Jika ada amenorea,
kapan hari pertama haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini
penting untuk memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat
persalinan menggunakan Rumus Naegele (h+7 b-3 + x + 1mg) untuk siklus 28 + x
hari.
c) Ditanyakan apakah
sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti
ini bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk data dasar
inisial pemeriksaan kita).
d)
Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ
lain, baik yang berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak.
4.
Riwayat penyakit dahulu
a)
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin
mempengaruhi atau diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal,
hati, diabetes mellitus), riwayat alergi makanan / obat tertentu dan
sebagainya.
b)
Ada/tidaknya riwayat operasi umum / lainnya maupun
operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan sebagainya).
5.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit
sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya.
6.
Riwayat khusus obstetri ginekologi
a) Adakah riwayat
kehamilan / persalinan / abortus sebelumnya (dinyatakan dengan kode GxPxAx,
gravida / para / abortus), berapa jumlah anak hidup.
b) Ada/tidaknya masalah2
pada kehamilan / persalinan sebelumnya seperti prematuritas, cacat bawaan,
kematian janin, perdarahan dan sebagainya.
c) Penolong persalinan
terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru
lahir, berat badan lahir jika masih ingat.
d)
Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak nyeri haid atau
gangguan haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
e)
Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada
masalah/tidak.
7.
Riwayat sosial / ekonomi
Pekerjaan, kebiasaan,
kehidupan sehari-hari.
c.
Pemeriksaan Fisik
1.
Status generalis / pemeriksaan umum.
2.
Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi.
3.
Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan),
tinggi/berat badan. Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi
< 145 cm, berat badan < 45 kg atau > 75 kg.
4.
Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai
diastolik lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi plasenta).
5.
Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri
frontal, hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut).
6.
Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak.
7.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan
gusi, gigi-geligi.
8.
Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi
auskultasi umum.
9.
Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis,
varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul).
10.
Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus
dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.
5.
Nasehat untuk Perawatan
Umum/Sehari – hari
a.
Aktifitas fisik
Dapat seperti biasa
(tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit tiap 2
jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat
aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan
sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per
menit. Jika ada gangguan/keluhan yang
mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan per vaginam), aktifitas
fisik harus dihentikan.
b.
Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang
membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi / bahan kimia,
terutama pada usia kehamilan muda.
c.
Imunisasi
Terutama tetanus
toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.
d.
Bepergian dengan pesawat udara
Tidak perlu kuatir
bepergian dengan menumpang pesawat udara biasa, karena tidak membahayakan
kehamilan. Tekanan udara di dalam kabin kapal penumpang telah diatur sesuai
atmosfer biasa.
e.
Mandi dan cara berpakaian
Mandi cukup seperti
biasa. Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak
dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal vagina. Selain
itu aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara
atau emboli cairan yang dapat berbahaya. Berpakaian
sebaiknya yang memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang leluasa.
f.
Senggama atau coitus
Dapat seperti biasa,
kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, harus
dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda
sampai usia kehamilan di atas 16 minggu, di mana diharapkan plasenta sudah
terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik. Beberapa kepustakaan
menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang
perkiraan tanggal persalinan. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks /
uterus. Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda
persalinan awal, keluar cairan pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan
pervaginam, abortus iminens atau abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit
menular seksual, sebaiknya coitus jangan dilakukan.
g.
Perawatan mammae atau abdomen
Jika terjadi papila
retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae /
hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikuatirkan berlebihan.
h.
Hewan piaraan
Hewan piaraan dapat
menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat mengandung
parasit toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak.
i.
Merokok/minuman keras/obat –
obatan
Harus dihentikan
sekurang-kurangnya selama kehamilan dan sampai persalinan, nifas dan menyusui
selesai. Obat-obat depresan adiktif (narkotik dsb.) mendepresi sirkulasi janin
dan menekan perkembangan susunan saraf pusat pada janin.
j.
Gizi/nutrisi
Makanan sehari-hari
dianjurkan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil (detail
cari/baca sendiri ya). Untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi
tambahan vitamin dan tablet Fe.
B.
Asuhan Intranatal
1.
Tujuan
a.
Memastikan persalinan yang telah
direncanakan
b.
Memastikan persiapan persalinan
bersih, aman, dan dalam suasana yang menyenangkan
c.
Mempersiapkan transportasi, serta
biaya rujukan apabila diperlukan.
2.
Syarat Persalinan Di Rumah
a.
Adanya bidan terlatih untuk
menolong persalinan
b.
Bidan menjelaskan seluruh proses
persalinan dan kemungkinan komplikasi
c.
Bidan dipanggil bila ibu mulai kontraksi
atau air ketuban pecah
d.
Tersedianya ruangan hangat, bersih
dan sehat
e.
Ibu mempunyai KMS ibu hamil dan
kartu KIA
f.
Tersedianya sistem rujukan untuk
penanganan kegawatdaruratan obstetri
g.
Adanya kesepakatan antara bidan
dan ibu/keluarga
h.
Tersedianya alat transportasi
i.
Tersedianya peralatan yang lengkap
dan berfungsi.
3.
Persiapan Rumah Dan Lingkungan
a.
Situasi dan kondisi
Situasi
dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu:
1)
Rumah cukup aman dan hangat
2)
Tersedia ruangan untuk proses
persalinan
3)
Tersedia air mengalir
4)
Terjamin kebersihannya
5)
Tersedia sarana media komunikasi
b.
Rumah
Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu dan
syarat rumah diantaranya:
1)
Ruangan sebaiknya cukup luas
2)
Adanya penerangan yang cukup
3)
Tempat nyaman
4)
Tempat tidur yang layak untuk
proses persalinan.
4.
Persiapan Peralatan
Perlengkapan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan
persalinan di rumah:
a.
Persiapan untuk pertolongan
persalinan
1)
Waskom
2)
Sabun cuci
3)
Handuk kering dan bersih
4)
Selimut
5)
Pakaian ganti
6)
Pembalut
7)
Kain pel
8)
Lampu
b.
Persiapan Untuk Bayi
1)
Handuk Bayi
2)
Tempat Tidur Bayi
3)
Botol air panas untuk
menghangatkan alas
4)
Pakaian bayi
5)
Selimut bayi
5.
Persiapan Keluarga
a.
Keluarga telah mengambil keputusan
bahwa persalinan dilakukan dirumah dan bersedia/mampu memberikan dukungan yang
diperlukan
b.
Kegiatan rumah tangga secara rinci
untuk membentuk jaringan kerja
6.
Manajemen Asuhan Intranatal
Asuhan intranatal yang diberikan harus baik dan benar sesuai dengan
standar, sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian atau kesakitan ibu
dan bayi.
7.
Intranatal Di Rumah
a.
Asuhan Persalinan Kala I
1)
Bertujuan untuk memberikan
pelayanan kebidanan yang memadai dalam pertolongan persalinan yang bersih dan
aman
2)
Bidan perlu mengingat konsep
tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis waspada atau ada
kejadian penting lainnya
b.
Asuhan Persalinan Kala II
1)
Bertujuan memastikan proses
persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi
2)
Bidan dapat mengambil keputusan
sesegera mungkin apabila diperlukan rujukan
c.
Asuhan Persalinan Kala III
1)
Bidan sebagai tenaga penolong
harus terlatih dan terampil dalam melakukan manajemen aktif kala III
2)
Hal penting dalam asuhan
persalinan kala III adalah mencegah kejadian perdarahan, karena penyebab salah
satu kematian pada ibu.
d.
Asuhan Persalinan Kala IV
1)
Asuhan persalinan yang mencakup
pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
2)
Pengawasan/observasi ketat
dilakukan pada hal-hal yang menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala
IV.
8.
Kegawatdaruratan Persalinan
a.
Jangan menunda untuk melakukan
rujukan
b.
Mengenali maslah dan memberikan
instruksi yang tepat
c.
Selama proses merujuk dan menunggu
tindakan selanjutnya lakukan pendampingan secara terus menerus
d.
Lakukan observasi Vital Sing
secara ketat
e.
Rujuk segera bila terjadi Fetal
Distress
f.
Apabila memungkinkan, minta
bantuan teman untuk mencatat riwayat kasus dengan singkat.
C.
Asuhan Ibu Postpartum
1.
Definisi
Masa nifas adalah masa setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 mingguakan tetapi seluruh alat genetalia baru
pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalamwaktu 3 bulan. (Sarwono.
2005 : 237).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Kala puerperium berlangsung selama6 minggu atau 42
hari, merupakan waktu yangdikeluarkan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan normal. Dijumpai 2 kejadian pentingpada puerperium, yaitu involusi
uterus dan proses laktasi. (Ilmu Kebidanan, PenyakitKandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan, Manuaba. 1998 : 190)
2.
Perubahan psikologi dan fisik
Beberapa penulis berpendapat,
dalam minggu pertama setelah melahirkan banyak wanita menunjukkan gejal-gejala
psikiatrik terutama depresi, dari ringan sampai berat serta gejala-gejala
neurosis obstetric.
Beberapa yang berlebihan dalam masa hamil:
a.
Ketakatukan
yang berlebihan dalam masa hamil.
b.
Strukutur
perorangan yang tidak normal sebelumnya.
c.
Riwayat
psikiatrik abnormal.
d.
Riwayat obstetric
(kandungan) abnormal.
e.
Riwayat
kelahiran mati atau kelahiran cacat.
3.
Fase – fase psikologi
a.
Fase Taking In
Fase ini merupakan periode
ketergantungan yang berlangsung hari pertamasampai kedua setelah melahirkan
pada saat itu focus perhatian ibu terutama padadirinya sendiri. Pengalaman
selama persalinan sering berulang diceritakannya. Kelahirannya membuat ibu
perlu cukup istirahat untukmencegah gejala kurang tidur,seperti mudah
tersinggung hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b.
Fase Taking On
Fase ini berlangsung antara 3
– 10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatirakan ketidakmampuan dan merasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi,perasaannya sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung, karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagaipenyuluhan dalam merawat dirinya
dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
c.
Fase Letting Go
Fase ini
merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya, keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
4.
Involusi alat – alat kandungan
a.
Uterus
Setelah melahirkan, rahim
mengalami proses involusi pada hari ke-10 –19, uteris dengan berat sekitar 350
gram tidak teraba lagi dan luar, setelah 40hari, kembali pada keadaan semula
dengan berat 80 – 100 gram. Bekas plasenta(ari-ari) yang tertanam dalam uteris
akan mengecil karena kontrak sirahim dan kembali ke keadaan semula selama masa
nifas.
b.
Serviks
Serviks menjadi tebal, kaku dan
masih terbuka sampai 3 hari, namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu
bentuk mulut serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali normal
3 – 4 bulan.
c.
Vagina
Vagina yang membengkak dan lipatannya (rugae) yang
hilang akan kembali seperti semula setelah 3 – 4 minggu.
d.
Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan
kendur, proses involusi pada perut sebaiknya diikuti dengan olahraga atau senam
penguatan otot-otot perut jika ada garis-garis biru (strie) tidak akan hilang,
tetapi hanya berubah warna menjadi keputih-putihan.
e.
Payudara
Payudara yang membesar selam
hamil dan menyusui akan kembal inormal setelah masa menyusui terakhir. Untuk
menjaga bentuknya,dibutuhkan perawatan yang baik.
f.
Endokrin
Setelah plasenta lepas,
hormon estrogen dan progesteron menurun.Kondisi ini akan cepat mengembalikan
fungsi ovarium. Apabila ibu menyusui secara eksklusif, kadar prolaktin (yang
diproduksi oleh kelenjar hipofiseinternoi) meningkat dan meningkatkan produksi
FSH sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormon estrogeron dan
progesteron juga akan mengembalikan fungsi organ lainnya yang berugah sejak
masa kehamilan.
g.
Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat
waktu hamil akan kembali norma ldengan adanya mekanisme kompensasi yang
menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya hemokonsentrasi terjadi pada hari ke-3 – 5
kadang-kadang sampai1 minggu setelah melahirkan dengan pengeluaran melalui
keringat/urine.
h.
Kulit
Setelah melahirkan,
pigmentasi akan menurun sehingga hyperpigmenta-si pada muka, payudara, dll akan
menghilang perlahan-lahan kembali sepertisemual.
D.
Asuhan Bayi Baru Lahir dan Balita
1.
Asuhan pada Bayi Baru Lahir
a.
Definisi
Bayi baru lahir normal adalah
bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan
lahir 2500 – 4000 gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran.
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4
minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru
lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
b.
Ciri – ciri bayi normal
1)
Berat badan
2500 – 4000 gram
2)
Panjang badan
48-52 cm
3)
Lingkar badan
30-38 cm
4)
Lingkar kepala
33-35 cm
5)
Bunyi jantung
dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai 120-160
x/menit.
6)
Pernafasan
pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit.
7)
Kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi
verniks caeseosa.
8)
Rambut lanugo
tidak terlihat, rambut tampak sempurna.
9)
Kuku agak
panjang dan lemas.
10)
Testis sudah
turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi labia minora
(pada anak perempuan).
11)
Refleks hisap
dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12)
Refleks moro
sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
13)
Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak
tangan maka akan menggenggam.
14)
Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama mekonium berwarna
kecoklatan. (Saifuddin, 2006).
c.
Bentuk pelayanan kesehatan pada
bayi baru lahir
1)
IMD
Inisiasi menyusui dini ( IMD ) adalah
proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan dimana bayi dibiarkan mencari
puting susu ibunya sendiri. Inisiasi menyusui dini ( IMD ) akan sangat membantu
dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif.
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan
WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan
penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 % dari bayi yang
meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini dilakukan dengan cara langsung
meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi mencari untuk
menemukan putting susu ibun untuk menyusu. IMD harus dilaksanakan langsung saat
lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi
juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini
harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Menyusui 1 jam pertama kehidupan yang di
awali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indicator
global dan Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program
pemerintah khususnya Departemen Kesehatan RI.
2)
Melakukan penilaian bayi baru
lahir
a)
Apakah
bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
b)
Apakah
bayi bergerak dengan aktif atau lemas
c)
Jika
bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan
tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3)
Membebaskan jalan nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi
normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung
menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:
a)
Letakkan
bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b)
Gulung
sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan
kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c)
Bersihkan
hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
kassa steril.
d)
Tepuk
kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar.
e)
Alat
penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
f)
Segera
lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g)
Memantau
dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
h)
Warna
kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.
4)
Perawatan tali pusat
a)
Setelah
plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem
plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b)
Celupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk
membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
c)
Bilas
tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
d)
Keringkan
tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
e)
Ikat
ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat
tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem
tali pusat tertentu.
f)
Jika
menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat
dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada
sisi yang berlawanan.
g)
Lepaskan
klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
h)
Selimuti
ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup dengan baik.(Dep. Kes. RI, 2002)
5)
Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme
kehilangan panas:
a)
Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak
segera dikeringkan.
b)
Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur,
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas
tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
c)
Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin
ruangan.
d)
Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
a)
Keringkan
bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh
bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai
pernapasannya.
b)
Selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah
oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan
kering)
c)
Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan
yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian
tersebut tidak tertutup.
d)
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga
kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
e)
Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi
dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi
dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam
setelah lahir.
6)
Pencegahan infeksi
a)
Cuci
tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
b)
Pakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c)
Pastikan
semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap
lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
d)
Pastikan
semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer,
stetoskop.
e)
Memberikan
vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu
di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi
di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
f)
Memberikan
obat tetes atau salep mata
g)
Untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu
diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata
eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan
5 jam setelah bayi lahir. Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini
dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat.
7)
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik
yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas &
mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.Pengkajian ini dapat ditemukan
indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di
luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus
diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh
bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir:
a) Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta
persetujuan tindakan
b) Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung
tangan
c)
Pastikan
pencahayaan baik
d)
Periksa
apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi
telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali
dengan cepat
8)
Imunisasi BCG, hepatitis B dan polio oral
2.
Pelayanan Kesehatan pada Balita
a.
Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita
adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau
kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu
balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau
fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat
bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak
terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan
penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat
sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan,
meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang
pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian
kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan
Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan
kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya (Depkes RI,
2000).
Manfaat KMS adalah:
1)
Sebagai
media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan
diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif,
dan Makanan Pendamping ASI.
2)
Sebagai
media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
3)
Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
b.
Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari
golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan
mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan
daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan
pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap
Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada
bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI,
2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis:
1)
Kapsul
vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu
kali dalam satu tahun
2)
Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan
xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A
pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir
atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
c.
Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang
diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
1)
Penimbangan
berat badan
2)
Penentuan
status pertumbuhan
3)
Penyuluhan
4)
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera
ditunjuk ke Puskesmas
d.
Manajemen terpadu balita sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan
suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan
jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan
MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena
meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif
(berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit
dan masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah
mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang
dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan
balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas
yang menguntungkan, yaitu:
1)
Meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter,
petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan
sudah dilatih).
2)
Memperbaiki
sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1
kali pemeriksaan MTBS).
3)
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
e.
Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit
infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak
yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai
berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan
Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit,
terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari
kematian.
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan
kekebalan pada bayi dan anak sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC,
tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak dan hepatitis.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan,
dan di Rumah sakit.
f.
Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah:
1)
Pemberian
makanan bergizi pada bayi dan balita
2)
Pemberian
makanan bayi
3)
Mengatur
makanan anak usia 1-5 tahun
4)
Pemeriksaan
rutin/berkala terhadap bayi dan balita
5)
Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan
seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki
atau perempuan
E.
Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatus (PPGDON)
Tugas bidan disamping sebagai pemberi asuhan antenatal, persalinan
& nifas harus
mampu menangani kasus gawat darurat obstetri-neonatal untuk penyelamatan jiwa ibu & bayi.
mampu menangani kasus gawat darurat obstetri-neonatal untuk penyelamatan jiwa ibu & bayi.
1.
Penanganan perdarahan dalam
kehamilan pada TM III
Perdarahan
pada masa ini akan jadi masalah jika:
a.
Perdarahan terjadi pada kehamilan
>22minggu – sebelum bayi dilahirkan
b.
Perdarahan intrapartum sebelum
kelahiran
Jenis-jenis
perdarahan,kemungkinan dioagnosa,penanganan
1)
Mucus bercampur darah
Mulai
persalinan lanjut persalianan normal dan melahirkan
2)
Perdarahan lainnya
Perdarahan
antepartum tentukan penyebab:
a)
Placenta previa
b)
Solution placenta
c)
Rupture uteri
d)
Gangguan pembekuan darah
Penanganan
umum:
a.
Lakukan pemeriksaan TTV
b.
Jangan touche rujuk
c.
Jika terjadi syok, rujuk segera
dengan:
Baringkan
ibu posisi miring kiri dan ganjal tungkai dengan bantal pasang infuse Nacl 0,9
/RL tetesan cepat sesuai kondisi ibu hingga denyut nadi membaik dampingi ibu ke
tempat rujukan
2.
Penanganan gawat darurat pada
eklamsia
a.
Rujuk
b.
Baringkan ibu mi-ki untuk kurangi
resiko aspirasi
c.
Beri oksigen 4-6 liter/menit
d.
Lindungi dari trauma
e.
Pasang infuse RL dengan jarum
lubang besar 16/18G
f.
Beri obat antic konvulsan:
1)
Mgso4 40%IM 10 gram( 5gr/IM
boka-boki) sebelum rujuk
2)
Ulangi Mgso4 40%IM, 5 gr setiap 4
jam tiap bokong bergantian
3)
Jika mungkin berikan dosis awal
MgSO4 20%,4gr/IV 20 menit sebelum pemberian Mgso4/IM
4)
Jiika tak tersedia diazepam 10
mg/IV
g.
Pantau cermat tanda& gejala
keracunan Mgso4 sbb:
Frekuensi
pernafasan <16x/menit> 180x/menit atau djj tak segera kembali normal
setelah his
3.
Prinsip penatalaksanaan partus
macet/lama:
Berikan rehidrasi ibu&antibiotika, segera rujuk, bayi hrus segera
dilahirkan, selalu bertindak aseptic, perhatikan perawatan kandung kemih,
perawatan nifas bermutu.
4.
Penanganan retensio plasenta
a.
Bila tak lahir dalam 15 menit
setelah bayi lahir, ulangi penatalaksanaan aktif kala III selama 15 menit
b.
Bila belum lahir, PTT terakhir
c.
Bila masih belum lahir, tidak
perdarahan segera rujuk
d.
Bila perdarahan melahirkan
placenta manual, tak berhasil segera rujuk
e.
Berikan cairan IV ( Nacl 0,9%atau
RL ) catat semua tindakan
5.
Penanganan perdarahan post partum
primer&sekunder
a.
PP primer: perdarahan terjadi setelah
bayi lahir dlm 24 jam pertama persalinan
Penanganan:
1)
Periksa gejala&tanda
perdarahan pp primer: perdarahan dari vagina setelah bayi lahir
>500cc/perdarahan dengan gejala syok dianggap perdarahan segera rujuk
2)
Segera setelah
placenta&selaput dilahirkan lakukn masase uterus spy konytraksi(max15detik)
sambil periksa kelengkapan plasenta&selaput ketuban
3)
Jika perdarahan terjadi&uterus
berkontraksi baik:
a)
Beri 10 u oksitosin IM
b)
Kosong Kk,gunakan kateter karet
c)
Cari perdarahan/laserasi lalu
jahit denagn anestesi local
4)
Jika uteruis atoni&perdarahan
terjadi:
a)
Beri 10 u oksi IM
b)
Kosong kk,guna kateter karet
c)
Lkukan KBI max5mnt/hingga
perdarahan terkendali&uterus kontraksi baik
b.
PP sekunder: perdarahan terjadi
24-42 jam setelah bayi lahir
Penatalaksanaan:
1)
Periksa tanda&gejala
2)
Pantau ibu yang beresiko mengalami
Happ sekunder(min10 hr pertama pp):
a)
Kelahiran plasenta tak lengkap
b)
Persalinan lama
c)
Infeksi usus
d)
Persalinan denagn komplikasi dan
mengunakan alat
e)
Terbuka luka op setelah sc
f)
Terbuka luka jahitan setelah
episiotomi
3)
Beri infuse RL/Nacl
4)
Beri obat oksitosin (10 iu dlm
500cc Rl 0)
5)
Beri antibiotika ampicillin
1grm/ivà rujuk
6.
Penanganan sepsis purpuralis
Dikatakan infeksi purpuralis bila terdapat2/lebih gejala dibawah ini
sejak pecah ketuban mulai hari k2-42 hari. Tanda: tubuh>38c, nyeri
perut/pelvis, pengeluaran cairan vagina abnormal,terhambat pengecilan iukukran
uterus
Penatalaksanaan
:
a.
Jika uterus nyeri/terlambat
pengecilan /perdarahanà infus RL&rujuk
b.
Jika ada gejala septic
syok(suhu>38c bau busuk/nyeri perut)dehidrasià beri cairan
Iv&antibiotika&rujuk
c.
Jika sepsis ringan beri ampicillin
1gr/iv,diikuti500mg peroral setiap 6jam+metronidazo l500 mg setiap 8 jam selama
5 hari
d.
Pastikan ibu dan bayi terpisah
sampai infeksi teratasi
e.
Jika kondisi tak membaik dalam
24jam rujuk
F.
Pelayanan Kontrasepsi dan Rujukannya
1.
Definisi
System rujukan dalam mekanisme pelayanan MKET merupakan suatu system
pelimpahan tanggung jawab timbal balik diantara unit pelayanan MKET baik secra
vertical maupun horizontal atau kasus atau masalah yang berhubungan dengan
MKET.
Unit pelayanan yang dimaksud disini yaitu menurut tingkat kemampuan
dari yang paling sederhana berurut-turut keunit pelayanan yang paling mampu.
Untuk AKDR : Dokter dan bidan praktek swasta, rumah bersalin, klinik
KB, puskesmas, RS klas D RS klas D₊, RS klas C, RS klas
B, RS klas B2, dan RS klas A.
Untuk implant : Dokter dan bidan praktek swasta, Rumah Bersalin, Klinik
KB, Puskesmas, RS klas D RS Klas D ₊, RS klas C, RS Klas B, RS Klas B2, dan RS klas A.
Untuk Vasektomi : Dokter praktek swasta, puskesmas,; RS klas D RS klas
B, RS klas D₊, RS klas C, RS klas
B, RS fklas B2, dan RS klas A.
Untuk tubektomi : Dokter Praktek Swasta berkelompok, RS klas D, RS klas
Df₊, RS klas C, RS klas B, RS klas B2, dan
RS klas A
2.
Tujuan
a.
Terwujudnya suatu jaringan
pelayanan MKET yang terpadu disetiap tingkat wilayah, sehingga setiap unit
pelayanan memberikan pelayanan secara berhasil guna dan berdaya guna maksimal,
sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing
b.
Peningkatan dukungan terhadap arah
dan pendekatan gerakan KB Nasional dalam hal perluasan jangkauan dan pembinaan
peserta KB dengan pelayanan yang makin bemutu tinggi serta pengayoman penuh
kepada masyarakat
3.
Jenis Rujukan
Rujukan
MKET dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu sebagai berikut:
1.
Pelimpahan kasus
1)
Pelimpahan kasus dari unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu
dengan maksud memperoleh pelayanan yang lebih baik dan sempurna
2)
Pelimpahan kasus dari unit
pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit pelayanan yang lebih sederhana dengan
maksud memberikan pelayanan selanjutnya atas kasus tersebut
3)
Pelimpahan kasus ke unit pelayanan
MKET dengan tingkat kemampuan sama dengan pertimbangan geografis, ekonomi dan
efisiensi kerja
2.
Pelimpahan pengetahuan dan
keterampilan
Pelimpahan
pengetahuan dan keterampilan ini dapat dilakukan dengan:
1)
Pelimpahan tenaga dari unit
pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit pelayanan MKET yang lebih sederhana
dengan maksud memberikan latihan praktis
2)
Pelimpahan tenaga dari unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu
dengan maksud memberikan latihan praktis
3)
Pelimpahan tenaga ke unit
pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan sama dengan maksud tukar-menukar
pengalaman
3.
Pelimpahan bahan – bahan penunjang
diagnostic
a)
Pelimpahan bahan-bahan penunjang
diagnostik dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan MKET
yang lebih mampu dengn maksud menegakkan diagnose yang lebih tepat
b)
Pelimpahan bahan-bahan penunjang
diagnostic dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana dengan maksud untuk
dicobakan atau sebagai informasi
c)
Pelimpahan bahan-bahan penunjang
diagnostic ke unit pelayanan dengan tingkat kemampuan sama dengan maksud
sebagai informasi atau untuk dicobakan
4.
Sasaran Rujukan MKET
a.
Sasaran obyektif
1)
PUS yang akan memperoleh pelayanan
MKET
2)
Peserta KB yang akan ganti cara ke
MKET
3)
Peserta KB MKET untuk mendapatkan
pengamatan lanjutan
4)
Peserta KB yang mengalami
komplikasi atau kegagalan pemakaian MKET
5)
Pengetahuan dan keterampilan MKET
6)
Bahan-bahan penunjang diagnostic
b.
Sasaran subyektif
Petugas-petugas
pelayanan MKET disemua tingkat wilayah.
5.
Jaringan Rujukan MKET
a.
Dokter/bidan praktek swasta, Rumah
Bersalin dengan kewajiban
1)
Merujuk kasus-kasus yang tidak
mampu ditanggulangi sendiri keunit pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat
2)
Menerima kembali untuk tindakan
lebih lanjut kasus yang dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih mampu
3)
Mengadakan konsultasi dengan
mengusahakan kunjungan ke unit pelayanan yang lebih mampu untuk meningkatkan
pengetahuan pelayanan yang lebih mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan
4)
Mengusahaan kunjungan tenaga dari
unit pelayanan MKET yang lebih mampu untuk pembinaan tugas dan pelayanan MKET
b.
Unit pelayanan MKET tingkat
kecamatan (puskesmas) yang mempunyai kewajiban sebagai berikut:
1)
Menerima dan menanggulangi kasus
rujukan dari unit pelayanan MKET
2)
Meengirim kembali kasus yang sudah
ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
3)
Merujuk kasus-kasus yang tidak
mampu ditanggulangi ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat
4)
Menerima kembali untuk pembunaan
tindak lanjut kasus-kasus yang dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih
mampu
5)
Mengadakan konsultasi dan
mengadakn kunjungan ke unit pelayanan yang lebih mampu untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan
6)
Mengusahakan adanya kunjungan
tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu untuk pembinaan petugas dan
pelayanan masyarakat
7)
Mengirim bahan-bahan penunjang
diagnostic ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu, jika tidak dapat melakukan
pemeriksaan diagnose yang lebih tepat
8)
Menerima kembli hasil pemeriksaan
bahan-bahan diagnosik yang sebelumnya dikirim ke unit pelayanan MKET yang lebih
mampu
c.
Unit pelayanan MKET tingkat
kabupaten/kotamadya (RS klas D,RS klas D₊, RS klas C).
1)
Menerima dan menanggulangi kasus
rujukan dari unit pelayanan MKET dibawahnya. Pelayanan
2)
Mengirim kembali kasus yang sedang
ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
3)
Merujuk kasus-kasus yang tidak
mampu ditanggulangi ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat
4)
Kasus kembali untuk pembunaan
tindak lanjut kasus-kasus yang dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih
mampu
5)
Mengadakan konsultasi dan
mengadakan kunjungan ke unit pelayanan yang lebih mampu untuk pembinaan petugas
dan pelayanan masyarakat
6)
Mengusahakan adanya kunjungan
tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu untuk pembinaan petugas dan
pelayanan masyarakat
7)
Mengirim bahan-bahan penunjang
diagnostic ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu, jika tidak mampu melakukan
pemeriksaan sendiri atau jika hasilnya meragukan untuk menegakkan diagnose yang
lebih tepat
8)
Menerima kembali hasil pemeriksaan
bahan-bahan diagnostic yang sebelumya dikirim ke unit pelayanan MKET yang lebih
mampu
d.
Unit pelayanan mKET tingkat
provinsi (RS klas C, RS klas B, RS klas B2)
1)
Menerima dan menanggulangi kasus
rujukan dari unit pelayanan MKET dibawahnya
2)
Mengirim kembali kasus yang sudah
ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
3)
Menerima konsultasi dan latihan
petugas pelayanan MKET dari Unit pelayanan MKET dibawahnya
4)
Mengusahakan dilaksanakannya
kunjungan tenaga/spesialis keunit pelayanan MKET yang kurang mampu untuk
pembinaan petugas dan pelayanan masyarakat
5)
Menerima rujukan bahan-bahan penunjang
diagnostic
6)
Mengirimkan hasil pemeriksaan
bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut diatas
e.
Unit pelayanan MKET tingkst pusat
(RS klas A)
1)
Menerima dan menanggulangi kasus
rujukan dari unit pelayanan MKET dibawahnya
2)
Mengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi
untuk dibina lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
3)
Menerima konsultasi dan latihan
petugas pelayanan MKET dari unit pelayanan MKET dibawahnya
4)
Mengusahakan dilaksanakannya
kunjungan tenaga/spesialis ke unit pelayanan MKET yang kurang mampu untuk
pembinaan petugas dan pelayanan masyarakat
5)
Menerima rujukan bahan-bahan
penunjang diagnostic
6)
Mengirimkan hasil pemeriksaan
bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut diatas
6.
Mekanisme (Tata Cara) Rujukan
a.
Rujukan kasus
1)
Unit pelayanan yang merujuk
a)
Unit pelayanan MKET yang merujuk
kasus ke unit pelayanan yang lebih mampu.
Unit pelayanan bisa merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih mampu
setelah melakukan proses pemeriksaan dan dengan hasil sebagai berikut:
·
Berdasarkan pemeriksaan penunjang diagnostic
kasus tersebut tidak dapat diatasi
·
Perlu pemeriksaan penunjang
diagnostic yang lebih lengkap dengan memerlukan kedatangan penderita ybs
·
Setelah dirawat dan diobati
ternyata penderita masih memerlukan perawatan dan pengobatan di unit pelayanan
yang lebih mampu
b)
Unit pelayanan yang merujuk kasus
ke unit pelayanan yang lebih sederhana
Unit
pelayanan yang merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih sederhana:
·
Setelah melakukan pemeriksaan
dengan atau tanpa pemeriksaan penunjang diagnostic, terhadap penderita ternyata
pengobatan dan perawatan dapat dilakukan di unit pelayanan yang lebih sederhana
·
Setelah melakukan pengobatan dan
perawatan ternyata penderita masih melakukan pembinaan selanjutnya yang dapat
dilakukan oleh unit pelayanan yang lebih sederhana
c)
Unit pelayanan yang merujuk kasus
ke unit pelayanan dengan kemampuannya yang sama.
Unit
pelayanan dapat merujuk ke unit pelayanan dengan kemampuan sama jika:
·
Setelah melakukan pemeriksaan
dengan atau tanpa pemeriksaan penunjang diagnostic, ternyata untuk kemudahan
penderita pengobatan dan perawatan dapat dilakukan di unit pelayanan yang lebih
dekat
·
Setelah melakukan pengobatan dan
perawatan, penderita masih memerlukan pembinaan lanjutan di unit pelayanan yang
lebih dekat
2)
Unit pelayanan yang menerima rujukan
a)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan yang lebih sederhana.
·
Sesudah melakukan pemeriksaan
penunjang diagnostic, dapat mengirimkan kembali penderita ke unit pelayanan
yang merujuk untuk perawatan dan pengobatan
·
Sesudah melakukan perawatan dan
pengobatan, dapat mengirimkan kembali penderita ke unit pelayanan yang merujuk
untuk pembinaan lebuh lanjut
b)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan yang lebih mampu
·
Melakukan perawatan dan pengobatan
penderita yang dirujuk, atau
·
Melakukan pembinaan lanjutan
terhadap penderita yang dirujuk
c)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan dengan kemampuan sama.
·
Melakukan perawatan dan pengobatan
penderita yang dirujuk, atau
·
Melakukan pembinaan lanjutan
terhadap penderita yang dirujuk
b.
Rujukan bahan-bahan penunjang
diagnostic
1)
Unit pelayanan yang merujuk
a)
Unit pelayanan yang merujuk ke
unit pelayanan yang lebih mampu
·
Jika tidak mampu melakukan
pemeriksaan sendiri terhadap bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut
·
Jika hasil pemeriksaan terhadap
bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut meragukan
b)
Unit pelayanan yang merujuk ke
unit pelayanan yang lebuh sederhana, jika hasil pemeriksaan bahandiagnostik
tersebut perlu diinformasikan dan pemeriksaan bahan diagnostic tersebut akan
dicobakan di unit pelayanan yang dirujuk
c)
Unit pelayanan yang merujuk kasus
ke unit pelayanan dengn kemampuan yang sama jika hasil pemeriksaan bahan
diagnostic tersebut perlu diinformasikan dan pemerikaan bahan diagnostic
tersebut akan dicobakan di unit pelayanan yang dirujuk
2)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan
a)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan yang lebih sederhana perlu melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut:
·
Melakukan pemeriksaan bahan-bahan
penunjang diagnostic yang dirujuk.
·
Mengirimkan hasil pemeriksaan
bahan-bahan penunjang diagnostic kepada unit pelayanan yang merujuk.
b)
Unit pelayanan yang menerima
bahan-bahan penunjang diagnostic dari unit pelayanan yang lebih mampu, perlu
melakukan tindakan. ”Mencoba pemeriksaan yang lebih mampu, perlu melakukan yang
dirujuk”
c)
Unit pelayanan yang menerima bahan
penunjang diagnostic dari unit pelayanan dengan kemampuan yang setingkat, perlu
melakukan tindakan.
c.
Rujukan kemampuan dan keterampilan
1)
Unit pelayanan yang merujuk
a)
Unit pelayanan yang merujuk ke
unit pelayanan yang lebih mampu
·
Melakukan konsultasi
·
Mengirimkan tenaga-tenaga untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan
·
Mengusahakan adanya kunjungan
tenaga dari unit pelayanan yang lebih mampu
b)
Unit pelayanan yang merujuk ke
unit pelayanan yang lebih sederhana
·
Mengirimkan tenaga-tenaga ahli
atau spesialis untuk membina petugas unit pelayanan yang merujuk
·
Mengirimkan informasi tentang
pengetahuan baru ke unit pelayanan yang dirujuk
c)
Unit pelayanan yang merujuk ke
unit pelayanan dengan kemampuan setingkat
2)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan
a)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan yang lebih sederhana
·
Memberikan informasi
·
Memberikan latihan –latihan pada
tenaga yang dikirimkan
·
Mengirimkan kunjungan
tenaga-tenaga yang diperlukan oleh unit pelayanan yang dirujuk
b)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan yang lebih mampu
·
Memanfaatkan tenaga-tenaga yang
dikirim oleh unit pelayanan yang merujuk untuk pembinaan petugas masyarakat
·
Memanfaatkan informasi yang
dikirimkan oleh unit pelayanan yang merujuk untuk pembinaan petugas
c)
Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan dengan kemampuan setingkat
7.
Pencatatan dan Pelaporan Rujukan
a.
Unit pelayanan yang merujuk
1)
Mencatat penderita yang dirujuk
dalam register klinik.
2)
Membuat surat pengiriman penderita
3)
Melaporkan jumlah penderita yang
dirujuk dalam laporan bulanan klinik
b.
Unit pelayanan yang menerima
rujukan
1)
Membuat tanda terima penderita
2)
Mencatat penderita dalam register
klinik
3)
Memberikan informasi kepada unit
pelayanan yang merujuk, jika penderita yang dirujuk tidak perlu perawatan,
pengobatan atau pembinaan lanjut dari unit-unit pelayanan yang merujuk
4)
Membuat surat pengiriman kembali
serta memberikan informasi kepada unit pelayanan yang merujuk tentang
pemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita, bila penderita yang dirujuk
perlu perawatan dan pengobatan di unit pelayanan yang merujuk
5)
Membuat surat pengiriman kembali
dan memberikan informasi kepada unit pelayanan yang merujuk tentang pemeriksaan
dan perawatan serta pengobatan yang diberikan kepada penderita yang dirujuk,
jika penderita memerlukan pembinaan lanjut unit pelayanan yang merujuk
8.
Pengelolaan Bantuan Biaya
Penanggulangan Komplikasi, Kegagalan Dan Biaya Rujukan
a.
Bantuan biaya
Diberikan
kepada peserta KB yang mengalami efek samping komplikasi maupun kegagalan:
1)
Efek samping, dengan memberikan
obat-obat efek samping secara gratis
2)
Kasus kegagalan AKDR, implant dan
kontrasepsi mantap dengan kelahiran normal mendapat bantuan biaya yang
disesuaikan dengan peraturan daerah setempat dengan ketentuan tarif rumah sakit
pemerintah kelas 3
3)
Yang dimaksud dengan komplikasi/
kasus kegagalan yang disertai komplikasi AKDR, Implant dan kontrasepsi mantap
misalnya:
a)
Infeksi berat yang memerlukan
perawatan
b)
Perdarahan berat yang memerlukan
perawatan
c)
Tindakan pemeriksaan roentgen dan
laboratorium untuk membantu diagnosis
d)
Komplikasi yang memerlukan
tindakan operasi
e)
Berdasarkan biaya komplikasi
disesuaikan dengan peraturan daerah setempat dengan ketentuan tariff Rumah
Sakit Pemerintah kelas 3, termasuk biaya obat-obatan terpakai
4)
Kasus komplikasi/kegagalan yang
memerlukan rujukan. Apabila peserta KB yang mengalami komplikasi/kegagalan
harus dirujuk dari unit pelayanan yang lebih rendah ke unit pelayanan KB yang
lebih tinggi, bantuan biaya transport penderita ditanggung sesuai dengan
peraturan yang ada. Semua kasus efek samping, komplikasi serta kegagalan
tersebut diatas dapat dilayani di semua tempat pelayanan tidak dibatasi pada
domisili/tempat tinggal peserta KB yang bersangkutan.
5)
Peserta KB yang mengalami
kegagalan/komplikasi dan mencari jasa pelayanan/perawatan swasta yang tidak
ditunjuk untuk itu (seperti dokter swasta, RB/RS swasta) dianggap untuk
menanggulangi dengan kemampuannya sendiri. Bagi mereka dipandang tidak perlu
diberikan bantuan biaya atau maksimal hanya diberikan bantuan minimum, kecuali
untuk kasus-kasus gawat darurat seperti misalnya pemakaian IUD dengan kehamilan
diluar kandungan dengan perdarahan dalam keadaan pre shock.
b.
Prosedur
1)
Efek sampingan
Pengadaan obat-obat efek samping dilaksanakan secara terkoordinir
ditingkat propinsi antara BKKBN dengan unit pelaksana sesuai rencana kebutuhan
yang telah disepakati. Sedangkan distribusinya dilaksanakan melalui BKKBN
kabupaten/kodya dan alokasinya (penjatahannya) pada masing-masing klinik KB
dibicarakan bersama dengan unit pelaksana Kabupaten/Kodya yang bersangkutan.
2)
Komplikasi dan kegagalan
Bantuan biaya komplikasi dan kegagalan yang disebabkan pemakaian alat
kontrasepsi diambil di BKKBN kabupaten/kodya oleh:
a)
Tempat pelayanan (Rumah
Sakit/Puskesmas/PKBRS).
b)
Dalam keadaan khusus oleh
pasien/suami pasien/ orang lain yang diberi kuasa secara tertulis
c)
Pengambilan bantuan biaya
penanggulangan kegagalan/komplikasi pemakaian kontrasepsi dengan menyerahkan
kwitansi bukti pembayaran kegagalan/komplikasi pemakaian alat kontrasepsi
disertai dengan surat keterangan diagnosa dari dokter yang merawat serta surat
keterangan dari KKb tempat pemasangan kontrasepsinya, dan surat pernyataan
pasien bahwa sudah mendapat perawatan dan pengobatan dan sudah/belum membayar
d)
Rumah Sakit/Puskesmas/PKBRS dapat
mengajukan uang muka ke BKKBN kab/kodya. Penyaluran uang mula selanjutnya
kepada BKKBN Dati II setempat
3)
Rujukan Kasus
a)
Surat pengiriman rujukan dari unit
pelayanan yang merujuk
b)
Tanda terima pasien oleh unit
pelayanan yang menerima rujukan
c)
K/I/KB dan surat pernyataan klinik
KB tempat pemasangan kontrasepsi
G.
System Rujukan
1.
Pengertian Sistem Rujukan
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi
antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih
tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan
Komunitas: hal 207)
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal
maupun vertical.
Tata
laksana rujukan:
a.
Internal antas-petugas di satu
rumah
b.
Antara puskesmas pembantu dan
puskesmas
c.
Antara masyarakat dan puskesmas
d.
Antara satu puskesmas dan
puskesmas lainnya
e.
Antara puskesmas dan rumah sakit,
laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
f.
Internal antar-bagian/unit
pelayanan di dalam satu rumah sakit
g.
Antar rumah sakit, laboratoruim
atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit
(Kebidanan Komunitas)
(Kebidanan Komunitas)
2.
Tujuan Sistem Rujukan
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan Komunitas). Tujuan umum
rujukan untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan
rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan
khusus sistem rujukan adalah:
a.
Meningkatkan kemampuan puskesmas
dan peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan
gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi.
b.
Menyeragamkan dan menyederhanakan
prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas.
3.
Kegiatan Dan Pembagian Dalam
Sistem Rujukan
Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang
sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa
rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya,
pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya
pengiriman bahan laboratorium.
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,
kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan
yang lengkap (surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis
penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian
Bidan menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan
kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat
berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan
perkembangan maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal
dan rujukan eksternal:
a.
Rujukan Internal adalah rujukan
horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut.
Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
b.
Rujukan Eksternal adalah rujukan
yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal
(dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari
puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut
lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari:
a.
Rujukan Medika dalah rujukan
pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis
(jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
Jenis rujukan medik:
1)
Transfer of patient.
Konsultasi
penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan
lain-lain.
2)
Transfer of specimen.
Pengiriman
bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3)
Transfer of knowledge/personel.
Pengiriman
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan
setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan
dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan
demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan
kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah
sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang
tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau
institusi pendidikan (transfer of personel).
b.
Rujukan Kesehatan adalah hubungan
dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan
lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi
kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien
dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau
pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit
Kesehatan Kerja).
4.
Alur Sistem Rujukan
Alur
rujukan kasus kegawat daruratan:
a.
Dari Kader
Dapat
langsung merujuk ke:
1)
Puskesmas pembantu
2)
Pondok bersalin atau bidan di desa
3)
Puskesmas rawat inap
4)
Rumah sakit swasta / RS pemerintah
b.
Dari Posyandu
Dapat
langsung merujuk ke:
1)
Puskesmas pembantu
2)
Pondok bersalin atau bidan di desa
5.
Langkah-Langkah Rujukan Dalam
Pelayanan Kebidanan
a.
Menentukan kegawatdaruratan
penderita
1)
Pada tingkat kader atau dukun bayi
terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga
atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan.
2)
Pada tingkat bidan desa, puskesmas
pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
b.
Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c.
Memberikan informasi kepada
penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan
hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke
fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling
terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat
rencana rujukan pada saat awal persalinan.
d.
Mengirimkan informasi pada tempat
rujukan yang dituju
1)
Memberitahukan bahwa akan ada
penderita yang dirujuk.
2)
Meminta petunjuk apa yang perlu
dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
3)
Meminta petunjuk dan cara penangan
untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
e.
Persiapan penderita (BAKSOKUDO)
f.
Pengiriman Penderita
g.
Tindak lanjut penderita:
1)
Untuk penderita yang telah
dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan)
2)
Penderita yang memerlukan tindakan
lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan
rumah
6.
Rujukan Terhadap Kelainan
Ginekologi
a.
Asuhan yang diberikan oleh Bidan
1)
Anamnesa
Pada
anamnesa hal-hal yang perlu ditanyakan:
a)
Riwayat Kesehatan
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini berguna untuk
membantu perawat mengkaji kelompok resiko terjadinya penyakit-penyakit gangguan
sistem reproduksi. Kebudayaan kepercayaan/agama sangat mempengaruhi perilaku
seseorang dalam hal seksualitas, jumlah pasangan. Penggunaan kontrasepsi dan
prosedur spesifik terhadap mengakhiri kehamilan.
b)
Riwayat Kesehatan Individu dan
Keluarga
Kebiasaan sehat pasien seperti: diet, tidur dan latihan penting untuk
dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah pasien peminum alcohol, perokok dan
menggunakan obat-obat.
c)
Status Sosial Ekonomi
Yang perlu dikaji adalah tempat lahir, lingkungan, posisi dalam keluar,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, situasi financial, sumber stress,
agama, aktivitas-aktifitas yang menyenangkan akan mempengaruhi kesehatan
reproduksi.
d)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama, misalnya: nyeri, perdarahan, pengeluaran
cairan/sekret melalui vagina, ada massa keluhan
e)
Fungsi reproduksi
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi hampir sama
dengan nyeri pada gangguan system gastrointestinal dan perkemihan pasien harus
menguraikan tentang : nyeri, intensitas kapan dan dimana kesediannya, durasi
dan menyebabkan nyeri bertambah dan berkurang, hubungan nyeri dan menstruasi,
seksual fungsi urinarius dan gastrointestinal.
Perdarahan perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal seperti:
perdarahan pada saat kehamilan, dan setelah menopause, karakteristik perdarahan
abnormal harus dikaji mencakup : terjadinya durasi, interval, dan faktor-faktor
pencetus perdarahan. Kapan kejadiannya : pada siklus menstrurasi atau
menopause, setelah berhubungan seksual, trauma atau setelah aktifitas juga
dikaji jumlah darah, warna konsistensi dan perubahan-perubahan yang terjadi.
Pengeluaran cairan melalui vagina dapat menyebabkan infeksi berair di
sekitarnya jaringan, gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan cemas.
Perawat harus menanyakan tentang tentang jumlah, warna, konsiskensi, bau dan
pengeluaran terus-menerus. Gejalanya seperti luka, perdarahan, gatal, dan nyeri
pada genital.
2)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
ini mencakup:
a)
Pemeriksaan fisik umum yaitu:
·
Tinggi badan
·
Berat badan
·
Bentuk / postur tubuh
·
Sistem pernapasan
·
Kardiovaskaler
·
Tingkat kesadaran
b)
Pemeriksaan spesifik yaitu:
·
Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan inspeksi payudara dilakukan pada pasien dengan posisi
duduk. Hal yang diperiksa : ukuran, simetris, apakah ada pembengkakan, masa
retraksi, jaringan perut / bekas luka, kondisi puting susu.
·
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya masa abdominopelvic. Massa
yang dapat ditemukan pada organ reproduksi, sehingga perlu dikombinasikan
riwayat kesehatan.
·
Pemeriksaan genetalia eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan system
reproduksi. Posisi pasien saat pemeriksaan genetalia eksternal adalah litotomi.
Kaji kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa
vulva dari anterior ke posterior hal yang dikaji mencakup adanya tanda-tanda
peradangan, bengkak, lesi dan pengeluaran cairan dari vagina.
·
Pemeriksaan pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks, pertama kali dilakukan
secara manual dengan jari telunjuk, untuk menentukan lokasi seviks. Lakukan
inspeksi serviks, erosi, nodul, massa, cairan pervaginam dan perdarahan, juga
lesi atau luka.
b.
Asuhan yang dilakukan di Puskesmas
Pemeriksaan
Laboratorium:
1)
Tes papanicolaou’s atau pap smear
Merupakan
pemeriksaan sitologi untuk deteksi adanya sel prekanker dan kanker juga untuk
mendeteksi adanya gangguan virus, jamur dan parasit. Pemeriksaan sel dinding
vagina juga untuk mengevaluasi fungsi hormon-hormon steroid.
c.
Asuhan yang dilakukan di Rumah
Sakit
1)
Pemeriksaan laboratorium di RS
a)
Pemeriksaan darah
·
Pituitary Endotropin
Pemeriksaan ini untuk menentukan tingkat kuantitatif follicle
stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) dan prolaktin kadar serum
diperiksa mempergunakan metode radioimmuniassay.
·
Hormon Steroid
Pemeriksaan radioimmuniassay untuk mendeteksi kadar estrogen,
progesterone dan testosterone pada siklus menstruasi atau orang dewasa
laki-laki.
·
Tes Serologi
Untuk mendeteksi reaksi antigen-anti bodi terhadap respon
mikroorganisme seperti pada pasien sifillis, rubella dan herpes simpleks.
·
VDRL (Veneral Discase Research
Laboratory)
Ini digunakan untuk mendeteksi, menentukan dan memantau sifillis. Hasil
pemeriksaan berbeda pada setiap tahap sifillis. Pada minggu pertama setelah
timbulnya kelainan kulit hasilnya negatif dan positif sekali 1-3 minggu.
Hasil pemeriksaan VDRL dibaca dalam tingkat kualitas.
Normal disebut non reactive
Normal disebut non reactive
Titer
1 : 8 indikasi adanya sifillis
Titer
diatas 1 : 32 indikasi sifillis stage ill
·
Treponomo pallidum Immobilization
(TPI) dan Fluoroscent Troponemal Antibody Absorption Test (FTA).
Pemeriksaan ini dilakukan khusus deteksi adanya: Treponema pollidron,
tetapi pemeriksaan ini lebih mahal dan lama dibandingkan dengan pemeriksaan
VDAL. Hasilnya dibaca positif dan negative, hasil yang (+) mungkin ditemukan
lama setelah terapi.
b)
Pemeriksaan Urinalis untuk hormone
steroid
Pemeriksaan urine 24 jam dapat di pergunakan untuk menentukan kadar
esterogen total dan pregnonodial.
c)
Pemeriksaan Mikroskopi
Wet
Prep (Wet Smears)
Sekresi
vagina dapat diambil pada awal pemeriksaan
2)
Tindakan Operatif
a)
Persiapan (Pre-Operatif)
Tindakan operasi pada sistem reproduksi wanita ada 2 jenis yaitu
operasi minor dan mayor. Operasi minor bertujuan utamanya adalah untuk
diagnostik sedangkan operasi mayor adalah pengangkatan satu atau lebih organ
reproduksi.
·
Operasi minor mencakup: dilatasi
dan kuret, biopsi serviks, konisasi serviks.
·
Operasi mayor mencakup : oocpharectomy
(pengangkutan ovarium), salpectomy (pengangkutan tuba palofi), histerektomi
(pengangkutan usus), histerektomi radikal (pengangkutan uterus, vagina dan
parametrium) serta eksentrasi pelvic (pengangkatan pelvic dalam mencakup
kandung kemih, rektosigmoid dan semua organ reproduksi).
Persiapan preoperative mencakup persiapan psikologis, pengangkatan
organ reproduksi mempunyai dampak emosional yang sangat penting pada wanita.
Peran perawat dan bidan adalah membantu wanita untuk eksplorasi perasaannya dan
penjelasan tentang tujuan operasi, prosedur dan dampaknya sehingga membantu
proses pemulihan.
Persiapan fisiologis, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan
pembersihan pada traktus urinarius dan kolon. Hal-hal yang perlu dipersiapkan:
·
Pemberian antibiotic untuk
mencegah dan mengobati infeksi
·
Pembersihan kolon mencakup :
pemberian laxative, enema dan diet cair selama 24 jam.
·
Beri obat-obatan pervagina jika
resiko tinggi infeksi
·
Untuk individu yang resiko
thromboplebitis (varises, obesitas dan diabetes mellitus) anjurkan
mempergunakan stocking penunjang, heparin dosis rendah, hentikan oral
konstrasepsi 3-4 minggu sebelum operasi.
b)
Pemantauan Post Operasi mencakup
hal-hal sebagai berikut:
·
Monitor
o Keseimbangan cairan elektrolit
o Bunyi paru dan respirasi
o Distensi abdomen
o Nyeri tungkai bawah
o Pembalut luka
o Tanda-tanda infeksi
·
Anjurkan latihan nafas setiap 2-4
jam sampai pasien aktif.
·
Beri obat-obat untuk nyeri secara
teratur selama 3 hari post operasi, selanjutnya sesuai kebutuhan.
·
Untuk nyeri karena abdomen gembung
(gas) beri kompres panas pada abdomen, anjurkan ambulasi
·
Cegah tromboplebilitis
·
Beri support mental terus-menerus
·
Anjurkan pasien sebagai berikut:
o Hindari kerja berat yang menyebabkan kongesti pembuluh darah pelvic
seperti: angkat barang, jalan cepat, loncat, jogging, selama 6-8 minggu post
operasi.
o Latihan aktifitas seksual post operasi
o Resume hubungan seksual selama 4-6 minggu
o Lapor dokter segera jika terdapat tanda-tanda tromboemboli
o Batasi aktifitas sehari-hari
o Kembali ke RS untuk evaluasi terhadap pengobatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Asuhan antenatal
adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan
medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan. (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal
Care). Sedangkan asuhan intranatal diantaranya Memastikan
persalinan yang telah direncanakan Memastikan persiapan persalinan bersih,
aman, dan dalam suasana yang menyenangkan Mempersiapkan transportasi, serta
biaya rujukan apabila diperlukan.
Masa nifas adalah masa
setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 mingguakan tetapi
seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan
dalamwaktu 3 bulan. (Sarwono. 2005 : 237).Bayi baru lahir normal adalah bayi
baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir
2500 – 4000 gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran.Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran.
Tugas bidan disamping sebagai pemberi asuhan antenatal, persalinan
& nifas harus mampu menangani kasus gawat darurat obstetri-neonatal untuk
penyelamatan jiwa ibu & bayi.System rujukan dalam mekanisme pelayanan MKET
merupakan suatu system pelimpahan tanggung jawab timbal balik diantara unit
pelayanan MKET baik secra vertical maupun horizontal atau kasus atau masalah
yang berhubungan dengan MKET.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi
antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih
tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan
Komunitas: hal 207)
B.
Saran
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, untuk
meningkatkan asuhan kebidanan komunitas seorang bidan harus menguasai semua
materi yang berhubungan dengan kebidanan komunitas, seperti : bidan menguasai
materi mengenai asuhan kebidanan antenatal,asuhan kebidana intranatal,asuhan
kebidanan post partum,asuhan kebidanan bbl dan neonatus, asuhan kebidana bayi
dan balita,asuhan kebidana PPGDON, asuhan kebidanan kb dan pelayanan, asuhan
kebidanan sistem rujukan. Diharapkan semua bidan harus menguasi semua konsep
asuhan kebisdanan. Karena semua konsep itu akan berhubungan dengan pekerjaanya
sehari-hari.s
DAFTAR
PUSTAKA
Rahma. 2010. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir Dan
Balita. [Online]. Tersedia: http://rahmayushem.blogspot.com/2010/06/pelayanan-kesehatan-pada-bayi-baru.html.
[20 April 2011].
Wahyuningsih,
Tuti. 2008. Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetrik & Neonatus. [Online]. Tersedia: http://studykesehatan.blogspot.com/2008/07/tugas-uas-komputer-iv-c.html.
[20 April 2011].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar