Bayi Berat Lahir Rendah
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah ASKEB VI
Disusun oleh :
Eka Novia Majid
Eka Puspita
Wulandari
Eka Sukma Ainnur S
Lulu Annandhipaah
Tina Karlina
Vini Mulyani
|
0200090018
0200090019
0200090020
0200090046
0200090091
0200090093
|
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
PROGRAM
DIPLOMA III KEBIDANAN
2010
LEMBAR
PENGESAHAN/PENERIMAAN
Makalah ini telah diterima pada
hari.....................tanggal..............................
Oleh Dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
Erwina Sumartini, S.ST.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun
panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun
telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Bayi Berat Lahir Rendah”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas.
Bayi premature ialah
bayi dengan berat lahir 2500 gram atau kurang. Masa kini bayi dengan berat 2500
atau kurang disebut bayi berat lahir rendah, oleh karena bayi ini mungkin
mempunyai umur kehamilan yang pendek (premature) atau beratnya tidak sesuai
dengan nama gestasinya (kecil untuk masa kehamilan) atau keduanya. Prematuritas
masih merupakan masalah penting karena baik di negara berkembang maupun negara
maju penyebab morbiditas dan mortilitas neonates terbanyak asalah bayi yang
laahir preterm. Kira – kira 75% kematian neonates berasal dari bayi yang lahir
preterm. Prevalensi bayi berat lahir rendah (bblr) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Penyusun menyadari
bahwa selama penyusunan makalah ini penyusun mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Ibu Erwina Sumartini, S.ST., selaku dosen mata kuliah
yang telah membantu penyusun selama menyusun makalah ini.
2.
Rekan – rekan seangkatan yang
telah memotivasi penyusun untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
3.
Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebut satu per satu.
Semoga
Allah swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena
masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistmatika dan
teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penyusun dan bagi pembaca. Amin.
Tasikmalaya, 19 Maret 2011 Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bayi lahir hidup sebelum 37 minggu kehamilan
(dihitung dari HPHT) mempunyai masa gestasi yang pendek dan WHO menyebutnya
sebagai premature. The American of Pediatrics mengambil batasan 38 minggu untuk
menyebut premature.
Menurut riwayatnya bayi premature ialah bayi
dengan berat lahir 2500 gram atau kurang. Masa kini bayi dengan berat 2500 atau
kurang disebut bayi berat lahir rendah, oleh karena bayi ini mungkin mempunyai
umur ke
hamilan yang pendek (premature) atau beratnya
tidak sesuai dengan nama gestasinya (kecil untuk masa kehamilan) atau keduanya.
Prematuritas masih merupakan masalah penting karena baik di Negara berkembang
maupun Negara maju penyebab morbiditas dan mortilitas neonates terbanyak asalah
bayi yang laahir preterm. Kira – kira 75% kematian neonates berasal dari bayi
yang lahir preterm. Prevalensi bayi berat lahir rendah
(BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38%
dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Secara
statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan
dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
Pencegahan persalinan premature umumnya sulit,
antara lain karena etiologinya multifactor, seperti status sosioekonomi,
nutrisi, konstitusi, imunologi dan mikrobiologi di samping penyebab yang
terkait dengan komplikai obstetric (perdarahan antepartum, hipertensi pada
kehamilan atau komplikasi medis lainnya).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang Masalah di atas, kami merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang
dimaksud dengan Bayi Berat Lahir Rendah?
2.
Faktor apa
saja yang mempengaruhi Bayi Berat Lahir Rendah?
3.
Komplikasi
apa saja yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah?
4.
Masalah
jangka panjang apa saja yang akan terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah?
5.
Bagaimana
penatalaksanaan pada Bayi Berat Lahir Rendah?
6.
Bagaimana
pemantauan pada Bayi Berat Lahir Rendah?
7. Bagaimana pencegahan pada Bayi Berat Lahir
Rendah?
C. Tujuan
Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.
Pengertian
Bayi Berat Lahir Rendah
2.
Faktor –
faktor yang mempengaruhi Bayi Berat Lahir Rendah
3.
Komplikasi
yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah
4.
Masalah
jangka panjang yang akan terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah
5.
Penatalaksanaan
pada Bayi Berat Lahir Rendah
6.
Pemantauan
pada Bayi Berat Lahir Rendah
7. Pencegahan pada Bayi Berat Lahir Rendah
D. Kegunaan
Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan dasar Bahasa Indonesia, secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi :
1.
Penulis, sebagai wahana penambah
pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang Bayi Berat Lahir Rendah.
2.
Pembaca atau Dosen, Sebagai media
informasi tentang pengetahuan
mengenai Bayi Berat Lahir Rendah tersebut baik secara
teoritis maupun secara praktis.
E. Prosedur
Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskritif. Melalu metode ini kami menguraikan
permasalahn yang dibahas secara jelas. Data teoritis dalam makalah ini
dikumpulkan dengan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui
kegiatan membaca berbagai sumber yang relefan dengan tema makalah. Data
tersebut di olah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan
data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan
Teori
1.
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram, terjadi gangguan
pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan kematian tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
2.
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih
dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka
BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang
ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010
yakni maksimal 7% (2,3).
3.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR.
a.
Faktor Ibu
1)
Penyakit
Seperti
malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
2)
Komplikasi pada kehamilan
Komplikasi
yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia
berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
3)
Usia ibu dan paritas
Angka
kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan
usia
4)
Faktor kebiasaan ibu
Faktor
kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu
pengguna narkotika.
b.
Faktor
Janin
Prematur,
hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
c.
Faktor
Lingkungan
Yang
dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.
4.
Komplikasi
Komplikasi
langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
a.
Hipotermia
b.
Hipoglikemia
c.
Gangguan cairan dan elektrolit
d.
Hiperbilirubinemia
e.
Sindroma gawat nafas
f.
Paten duktus arteriosus
g.
Infeksi
h.
Perdarahan intraventrikuler
i.
Apnea of Prematurity
j.
Anemia
Masalah
jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
antara lain:
a.
Gangguan perkembangan
b.
Gangguan pertumbuhan
c.
Gangguan penglihatan (Retinopati)
d.
Gangguan pendengaran
e.
Penyakit paru kronis
f.
Kenaikan angka kesakitan dan
sering masuk rumah sakit
g.
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
5.
Diagnosis
Menegakkan
diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu dapat
diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
6.
Anamnesis
Riwayat
yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi
dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
a.
Umur ibu
b.
Riwayat hari pertama haid terakir
c.
Riwayat persalinan sebelumnya
d.
Paritas, jarak kelahiran
sebelumnya
e.
Kenaikan berat badan selama hamil
f.
Aktivitas
g.
Penyakit yang diderita selama
hamil
h.
Obat-obatan yang diminum selama
hamil
7.
Pemeriksaan fisik
Yang
dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
a.
Berat badan
b.
Tanda-tanda prematuritas (pada
bayi kurang bulan)
c.
Tanda bayi cukup bulan atau lebih
bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
8.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a.
Pemeriksaan skor ballard
b.
Tes kocok (shake test), dianjur
untuk bayi kurang bulan
c.
Darah rutin, glukosa darah, kalau
perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d.
Foto dada ataupun babygram
diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada
umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
e.
USG kepala terutama pada bayi
dengan umur kehamilan
9.
Penatalaksanaan/terapi
a.
Medikamentosa
Pemberian
vitamin K1 :
1)
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian,
atau
2)
Per oral 2 mg sekali pemberian
atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
b.
Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet.
Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk
menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau
selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama.
1)
Apabila bayi mendapat ASI,
pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara
pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
2)
Apabila bayi sudah tidak
mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut,
timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
1)
Berat lahir 1750 – 2500 gram
a)
Bayi sehat
ü Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;
setiap 2 jam) bila perlu.
ü Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
b)
Bayi sakit
ü Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV,
berikan minum seperti pada bayi sehat.
ü Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
·
Berikan cairan intravena hanya
selama 24 jam pertama
·
Mulai berikan minum per oral pada
hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu
ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
·
Apabila masalah sakitnya
menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras
melalui pipa lambung :
Ø Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Ø Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa
terbatuk atau tersedak.
2)
Berat lahir 1500-1749 gram
a)
Bayi sehat
ü Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
ü Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu).
ü Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
ü Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
b)
Bayi sakit
ü Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
ü Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
ü Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
ü Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
ü Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
3)
Berat lahir 1250-1499 gram
a)
Bayi sehat
ü Beri ASI peras melalui pipa lambung
ü Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
ü Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
ü Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
b)
Bayi sakit
ü Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
ü Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
ü Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
ü Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
ü Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
4)
Berat lahir tidak tergantung
kondisi
a)
Berikan cairan intravena hanya
selama 48 jam pertama
b)
Berikan ASI melalui pipa lambung
mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
c)
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam
(setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d)
Lanjutkan pemberian minum
menggunakan cangkir/ sendok.
e)
Apabila bayi telah mendapatkan
minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
c.
Suportif
Hal
utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
1)
Gunakan salah satu cara
menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke
kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang
tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
2)
Jangan memandikan atau menyentuh
bayi dengan tangan dingin
3)
Ukur suhu tubuh dengan berkala
4)
Yang juga harus diperhatikan untuk
penatalaksanaan suportif ini adalah :
5)
Jaga dan pantau patensi jalan
nafas
6)
Pantau kecukupan nutrisi, cairan
dan elektrolit
7)
Bila terjadi penyulit, harus
dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas,
hiperbilirubinemia)
8)
Berikan dukungan emosional pada
ibu dan anggota keluarga lainnya
9)
Anjurkan ibu untuk tetap bersama
bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan
kamar untuk menyusui.
10.
Pemantauan/monitoring
a.
Pemantauan saat dirawat
1)
Terapi
a)
Bila diperlukan terapi untuk
penyulit tetap diberikan
b)
Preparat besi sebagai suplemen
mulai diberikan pada usia 2 minggu
2)
Tumbuh kembang
a)
Pantau berat badan bayi secara
periodik
b)
Bayi akan kehilangan berat badan
selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram
dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
c)
Bila bayi sudah mendapatkan ASI
secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7
hari :
ü Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
ü Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
ü Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
ü Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.
b.
Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi
dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut:
1)
Sesudah pulang hari ke-2, ke-10,
ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
2)
Hitung umur koreksi
3)
Pertumbuhan; berat badan, panjang
badan dan lingkar kepala.
4)
Tes perkembangan, Denver
development screening test (DDST)
5)
Awasi adanya kelainan bawaan
11.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a.
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan
secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur
kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
b.
Penyuluhan kesehatan tentang
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama
kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
c.
Hendaknya ibu dapat merencanakan
persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
d.
Perlu dukungan sektor lain yang
terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status
ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah
(BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38%
dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR.
B.
Saran
Sejalan dengan
kesimpulan diatas, penyusun merumuskan saran sebagai berikut:
1.
Bidan hendaknya menguasai konsep
untuk mempermudah dalam pengembangan profesionalismenya.
2.
Ibu hendaknya menerapkan asuhan
yang telah di berikan oleh bidan yang bersangkutan demi terciptanya kerjasama
yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar