Ruang Lingkup
Perubahan
Psikologi pada Kehamilan
Makalah
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah ASKEB I (Ibu Hamil)
Disusun
oleh :
Eka Puspita Wulandari
Eka Sukma Ainnur S
Elga Nurjuwita Sari
Elis Ernawati
Euis Siti Rohimah
|
0200090019
0200090020
0200090021
0200090022
0200090024
|
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
PROGRAM
DIPLOMA III KEBIDANAN
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wanita dari remaja sampai usia sekitar
empat puluh, menggunakan masa kehamilan untuk beradaptasi terhadap peran
sebagai ibu. Adaptasi ini merupakan proses sosial dan kognitif kompleks yang
didasarkan pada naluri tetapi dipelajari (rubbin, affonso). Untuk menjadi
seorang ibu, seorang remaja harus beradaptasi dari perasaan dirawat ibu menjadi
seorang ibu yang melakukan perawatan. Sebaliknya seorang dewasa harus mengubah
kehidupan rutin yang dirasa mantap menjadi suatu kehidupan yang tidak dapat
diprediksi, yang diciptakan seorang bayi (mercer 1981). Nulipara atau wanita
tanpa anak menjadi wanita yang mempunyai anak dan multipara wanita yang
memiliki anak menjadi wanita yang memiliki anak – anak. (lederman 1984).
Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep
dirinya supaya ia siap menjadi orang tua begitu pula sama halnya dengan suami.
Suami siap – siap untuk menjadi seorang ayah.
Selama kehamilan kebanyakan wanita
mengalami perubahan psikologis dan emosional. Seringkali kita mendengar seorang
wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan dan
bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya.
Namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam
kehamilannya, khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, atau
bahwa ada kemungkinan bayinya tidak normal. Wanita hamil secara ekstrim rentan.
Dia takut mati baik dirinya maupun bayinya, ini membuat banyak wanita lebih
bergantung dan menuntut. Inilah waktu paling tepat untuk memberikan nasehat,
seperti mencari dukungan baru.
Sebagai seorang bidan kita harus menyadari
adanya perubahanperubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberi
dukungan dan memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaan
– pertanyaan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Jelaskan
perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I!
2. Jelaskan
perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II!
3. Jelaskan
perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III!
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan
masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan umum untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1. Penjelasan
perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I.
2. Penjelasan
perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II.
3. Penjelasan
perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III.
D. Kegunaan Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan
tentang seberapa besar pengetahuan kita terhadap masalah dan kelainan bawaan
pada bayi. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.
Penulis
Sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuan khususnya mengenai perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan.
2.
Pembaca
Sebagai media informasi tentang perubahan dan
adaptasi psikologi pada kehamilan baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perubahan Perilaku pada Ibu Hamil
Kabar
kehamilan akan memberikan kebahagiaan bagi pasangan yang mengharapkan kehadiran
sang buah hati. Kehadiran bayi mungil, lucu dan menggemaskan tentunya akan
membuat rumah anda semakin ceria, yang tadinya tidak ada jeritan dan tangisan
sang buah hati, tiba-tiba rumah anda ada keceeriaan tersendiri. Tak heran jika
berbagi upaya dilakukan oleh pasangan demi kehamilan dan kelahiran serta
kehadiran sang buah hati yang didambakan. Kehadiran sang buah hati akan semakin
anda bersemangat dalam mengarungi bahtera kehidupan dalam mengasuh dan mendidik
titipan Illahi.
Setiap
ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan perilaku pada si ibu ini semua
di perngaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan
istri harus benar-benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi nanti
pada si ibu baik perubahan fisik dan perilaku, agar suami maupun istri siap
menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat pasangan jadi tidak
harmonis.
1. Cenderung
malas
Para
suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bukan timbul begitu saja, melainkan
pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. Jadi tidak ada
salahnya bila suami menggantikan peran istri untuk beberapa waktu. Misalnya
dengan menggantikannya membereskan tempat tidur, membuat kopi sendiri.
2. Lebih
sensitive
Biasanya,
wanita yang hamil juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit-sedikit tersinggung
lalu marah. apa pun perilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangkan,
hadapi saja dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya
bakal hilang. Bukan apa-apa, bila suami membalas kembali dengan kemarahan, bisa-bisa
istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi pertumbuhan janinnya.
3. Minta
perhatian lebih
Perilaku
lain yang kerap “mengganggu” adalah istri tiba-tiba lebih manja dan selalu
ingin diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih, usahakan untuk
menanyakan keadaannya saat itu. Perhatian yang diberikan suami, walau sedikit,
bisa memicu tumbuhnya rasa aman yang baik untuk pertumbuhan janin. Demikian
pula ketika istri merasakan pegal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering
meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan
perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang
sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.
4. Gampang
cemburu
Tak
jarang, sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang
telat sedikit saja, istri akan menanyakan hal macam-macam. Mungkin, selain
perubahan hormonal, istri pun mulai tidak percaya diri dengan penampilan
fisiknya. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk
menenangkannya, suami perlu menjelaskan dengan bijaksana bahwa keterlambatannya
dikarenakan hal-hal yang memang sangat penting dan bukan karena perselingkuhan.
Bila perlu, ceritakan dengan terperinci aktivitas.
5. Akibat
hormon progesterone
Perubahan
perilaku pada ibu hamil merupakan hal wajar karena produksi hormon
progesteronnya sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk
psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis
dengan perubahan hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid,
perubahan hormon yang terjadi tidak selamanya akan mempengaruhi psikis ibu
hamil. Ada juga yang perilakunya tidak berubah. Hal ini, disebabkan kerentanan
psikis setiap orang yang berbeda-beda. Nah, daya tahan psikis dipengaruhi oleh
kepribadian, pola asuh sewaktu kecil, atau kemauan ibu untuk belajar menyesuaikan
diri dengan perubahan tersebut. Biasanya ibu yang menerima atau bahkan sangat
mengharapkan kehamilan akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai
perubahan. Secara fisik dan psikis, mereka lebih siap. Berbeda dari ibu yang
tidak siap, umpamanya karena kehamilannya tidak diinginkan, umumnya merasakan
hal-hal yang lebih berat. Begitu pula dengan ibu yang sangat memperhatikan
estetika tubuh. Dia akan merasa terganggu dengan perubahan fisik yang terjadi
selama kehamilan. Seringkali ibu sangat gusar dengan perutnya yang semakin
gendut, pinggul lebih besar, payudara membesar, rambut menjadi kusam, dan
sebagainya. Tentu hal ini akan semakin membuat psikis ibu menjadi tidak stabil.
Perubahan psikis umumnya lebih terasa di trimester pertama kehamilan. Kala itu
pula, ibu masih harus menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan hormon yang
terjadi. Lalu berangsur hilang di trimester kedua dan ketiga karena ibu sudah
bisa menyesuaikan dirinya.
B.
Waspadai
Perubahan Berlebihan
Perubahan
perilaku pada ibu hamil, jika kadarnya masih normal, tidak akan mengganggu
proses tumbuh kembang janin. Namun, ada batasan yang mesti diwaspadai, yakni
saat perilaku ibu sudah “keterlaluan”. Kriteria keterlaluan memang terkesan
rancu, tapi yang pasti waspadai jika ibu terlihat dilanda kecemasan berlebih
atau stres sehingga perilakunya bisa “membahayakan” janin. Misalnya, kemalasan
ibu sampai membuatnya masa bodoh dengan kehamilannya. Atau kemarahan yang
terjadi sudah sering berubah menjadi amukan. kondisi psikis yang terganggu akan
berdampak buruk pada aktivitas fisiologis dalam diri ibu. Umpamanya, suasana
hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung,
tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat dan sekresi asam
lambung. Di samping itu, dapat pula memunculkan gejala fisik seperti letih,
lesu, gelisah, pening, dan mual. Semua dampak ini akhirnya akan merugikan
pertumbuhan janin karena si kecil sudah dapat merasakan dan menunjukkan reaksi
terhadap stimulasi yang berasal dari luar dirinya. Apalagi masa trimester
pertama merupakan masa kritis menyangkut pembentukan organ tubuh janin. Oleh
karena itu, walaupun sifat pemalas, pemarah, sensitif, dan manja wajar muncul
di masa hamil, Banyak hal yang bisa dilakukan. Jika perubahan ini ditanggapi secara
positif, baik ibu maupun janin akan lebih sehat kondisinya. Inilah hal-hal yang
bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang
negative.
1. Menyimak
informasi seputar kehamilan
Berbagai
informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran, tabloid,
atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar masalah yang terjadi
maka ibu bisa lebih tenang menghadapi kehamilan. Ibu pun jadi tahu mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, jika tidak berusaha
mencari tahu terhadap perubahan pada dirinya, tak mustahil akan timbul berbagai
perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis.
2. Kontrol
teratur
Kontrol
bisa dilakukan pada dokter kandungan atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa
menanyakan tentang perubahan psikis yang dialami. Biasanya, bila ibu perlu
penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui
psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.
3. Perhatian
suami
Perhatian
yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya, ibu
bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan
agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.
4. Jalin
komunikasi
Jangan
pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi komunikasikanlah hal itu
kepada suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi
dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami,
sangat berpengaruh terhadap kestabilan emosi ibu hamil. Sebaliknya, perasaan
ibu hamil yang dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak
acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan.
5. Beraktivitas
Sangat
dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat meredakan gejolak perubahan
psikis. Bisa dengan menjahit, melukis, bermain musik, atau apa pun. Umumnya, ibu
yang aktif di luar rumah bisa mengatasi berbagai perubahan psikisnya tersebut dengan
lebih baik.
6. Perhatikan
kesehatan
Tubuh
yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan
psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan
asupan gizi. Hindari mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin, seperti
makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang
tidak dianjurkan bagi kehamilan.
7. Relaksasi
Bila
ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya dengan
mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur napas,
senam yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.
C. Perubahan dan Adaptasi Psikologi
pada Kehamilan
Ada
beberapa anggapan terhadap perubahan psikologi yang terjadi selama kehamilan,
hal ini berkaitan dengan beberapa perubahan biologik. Kejadian dan proses
psikologi ini diidentifikasi pada trimester kehamilan yang akan dibahas dibawah
ini.
1. Perubahan
dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester I
Trimester
pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta
wanita bahwa ia hamil.Trimester pertama juga sering merupakan masa kekhawatiran
dari penantian.
Segera
setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan
meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya, ibu berharap untuk
tidak hamil. Hampir 80% kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung.
Kejadian
gangguan jiwa sebesar 15% pada trimester I yang kebanyakan pada kehamilan
pertama. Menurut kumar dan robson (1978) 12% wanita yang mendatangi klinik
menderita depresi terutama pada mereka yang ingin menggugurkan kandungannya.
Perubahan
psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori
Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk
mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian
aktifitas.
Beberapa tahapan
aktifitas penting seseorang menjadi ibu :
a.
Taking on
Seorang
wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan
melakukan peran ibu.
b.
Taking in
Seorang
wanita sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan.
c.
Letting go
Wanita
mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya.
Kehamilan
pada trimester I ini cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui
seorang ibu dalam mencapai perannya yaitu pada tahap taking on. Pada trimester
pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda - tanda untuk lebih meyakinkan
bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan
selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan
merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain
atau dirahasiakannya.
Para
wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan,
khususnya tentang perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan
fisik dan psikologisnya, jika mereka multigravida, kecemasan berhubungan dengan
pengalaman yang lalu. Banyak wanita hamil yang mimpi seperti nyata, dimana hal
ini sangat menggangu. Mimpinya seringkali tentang bayinya yang bisa diartikan
oleh ibu apalagi bila tidak menyenangkan.
Bentuk
motivasi:
a.
Motivasi suami
Reaksi
pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah
adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur
dengan keprihatinan akan kesiapannya menjadi seorang ayah dan menjadi pencari
nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan
keadaan ibu yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut akan
mencederai bayinya. Ada pula pria yang hasrat seksualnya terhadap wanita hamil
relatif lebih besar. Disamping respon yang diperlihatkannya, seorang ayah dapat
memahami keadaan ini dan menerimanya.
Zaman
dahulu seorang suami ikut mendukung kehamilan istrinya dengan ritual-ritual
keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang diberikan oleh suami pada saat ini,
bentuk dukungan yang diberikan oleh suami lebih pada :
1)
Untuk saling berkomunikasi dari sejak
awal
2)
Menempatkan nilai – nilai penting dalam
keluarga untuk mempersiapkan menjadi orang tua.
b.
Motivasi keluarga
Wanita
hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain. Tapi mungkin
bisa menjadi lebih kuat sesudah bayinya lahir hal ini bisa dipahami karena pada
waktu itu wanita memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang yang sangat
dominan baginya. Keluarga dalam hal ini harus menjadi bagian dalam
mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.
Stress yang Terjadi
Pada Kehamilan Trimester I
Ada
2 tipe stress yaitu yang negatif dan positif, kedua stress ini dapat
mempengaruhi reaksi individu. Ada pula yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Stress
intrinsik berhubungan dengan tujuan pribadi dari individu, yang mana individu
berusaha untuk membuat sesempurna mungkin baik dalam kehidupan pribadinya
maupun dalam kehidupan sosialnya secara profesional.
Stress ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti rasa
sakit,kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
Menurut
Burnard (1991) stress selama masa reproduksi dapat dihubungkan dengan 3 aspek
utama yaitu :
a.
Stress di dalam individu
b.
Stress yang disebakan oleh pihak lain
c.
Stress yang disebabkan penyesuaian
terhadap tekanan social
Stress
dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap kemampuan
beradaptasi dengan kejadian kehamilannya.
Memperkuat Ikatan
Kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan kehamilan memberikan kesempatan pada seorang ibu
untuk saling memperkuat hubungan. Dan hubungan yang kuat lebih penting dari
yang lainnya. Masa-masa kehamilan, persalinan dan bulan-bulan sesudahnya
merupakan saat – saat yang sulit. Semakin dekat pada awalnya, akan semakin baik
akhirnya. Jadi, pada saat hidup masih relatif normal, luangkan waktu untuk
berdua, berbicara tentang perasaan pasangannya. Betapapun bahagianya atau
sibuknya pasangan suami istri, kegelisahan yang timbul karena kondisi baru
merupakan suatu yang normal.
Kehamilan dan Libido
Hasrat
untuk melakukan hubungan seks, pada wanita pada trimester pertama ini berbeda-
beda. Walaupun pada beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi,
kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini
menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan
suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk
mencintai namun tanpa hubungan seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan,
rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini
merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama.
Kehamilan dan Olahraga
Setelah
hamil, mayoritas wanita dapat melanjutkan aktivitas biasa mereka. Tidak ada
bukti bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging, bermain tennis, berenang,
atau melakukan hubungan seks, dapat menimbulkan masalah seperti keguguran atau fetal
malformation (janin yang cacat) pada kebanyakan wanita normal dan sehat.
Kebanyakan dokter melarang program olahraga baru yang dimulai pada saat hamil,
kecuali latihan-latihan prenatal yang dirancang khusus untuk wanita hamil.
Latihan-latihan
yang paling menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan dengan gerakan yang
menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan otot pinggul yang
akan anda butuhkan untuk mendorong. Latihan kaki juga penting untuk
meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot yang merupakan sesuatu yang
biasa dalam kehamilan.
2. Perubahan
dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester II
Trimester
kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama
trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan
kehamilan.
a.
Pembagian
perubahan psikologis pada trimester II
Trimester
kedua dapat dibagi menjadi dua fase yaitu prequickeckening (sebelum
adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah
adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu), yang dapat dilihat pada
penjelasan berikut :
1) Fase prequickening
Selama
akhir trimester pertama dan masa preqiuckening pada trimester kedua, ibu
hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalammya dengan ibunya
yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala
hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia
mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia akan menerima
segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia
menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya. Perasaan menolak
terhadap sikap negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya.
Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang
mengembangkan identitas keibuannya.
Proses
yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas
dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang
(persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas
bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang memberikan kasih
saying kepada anak yang akan dilahirkannya.
2) Fase postquickening
Setelah
ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan
muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran
baru sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan
peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama
kali dan wanita karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa ia tidak harus
membuang segala peran yang ia terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida,
peran baru artinya bagaimana ia menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain
dan bagaimana bila nanti ia harus meninggalkan rumahnya untuk sementara pada
proses persalinan.
Pergerakan
bayi yang dirasakan membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah individu
yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan fokus pada bayinya.
Pada saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena perhatian
utama adalah kesejahteraan janin (kecuali beberapa suku yang menganut system
patrilineal/matrilineal).
b.
Menjaga agar
ikatan tetap kuat
Ketika
kehamilan telah terlihat, ibu dan pasangannya harus lebih sensitif terhadap
pengaruh kondisi ini pada mereka berdua. Ibu hamil sering merasa takut jika
pasangannya mendapati dirinya tidak menarik atau gendut, tapi masalah yang
muncul lebih rumit lagi. Komunikasi adalah kunci untuk menghadapi masalah ini.
Tetap cara ini dapat digunakan bila ibu dan pasangannya tetap terbuka dan
memulainya sedini dan sesering mungkin. Bila salah satu tidak membicarakan latar
belakang masalah yang dirasakan, atau setelah berdiskusi justru merasa depresi,
saat itulah diperlukan penasihat kehamilan dan orang sekitarnya yang dapat
menolong ibu dan pasangannya.
c.
Menjaga
kehamilan yang sehat
Ibu
hamil mungkin merasa lebih baik pada trimester kedua, tapi bukan berarti bagian
luar yang berubah, bagian dalam tubuh pun mengalami perubahan sebagai respon
terhadap kehamilan yang terus berkembang. Beberapa perubahan dapat saja terasa
mengganggu, namun ada juga perubahan yang terasa menyenangkan bagi ibu hamil.
Perubahan yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah keadaan yang normal bagi ibu
hamil dan ibu harus diberikan pengertian terhadap kondisi tersebut sehingga ia
lebih merasa nyaman lagi. Beberapa perubahan yang menyenangkan seperti rasa mual
berkurang dibandingkan yang dialami selama trimester pertama, energi bertambah
dan peningkatan libido.
d.
Reaksi
orang-orang di sekitar ibu hamil
Tampaknya
sang suami juga mengalami perubahan psikologis seiring perubahan yang dialami
istrinya yang hamil. Pada suatu studi dilaporkan sang suami juga merasakan
perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, rasa sakit kepala hingga
kecemasan dan ketakutan dirasakan oleh suami yang istrinya sedang hamil. Saat
ini suami lebih aktif ikut menangani dalam kehamilan istrinya dan turut
merasakan tanggung jawab akan kelahiran bayinya.
Apabila
di dalam keluarga terdapat anak sebelumnya, ia akan merasa bingung akan
perubahan yang dialami ibunya. Anak perlu diberikan pengertian secara sederhana
tentang perubahan yang terjadi dan hal yang akan dihadapi sehubungan dengan
kehamilan. Ibu dari wanita hamil tampaknya adalah orang yang sering mengambil
peran yang cukup besar selama kehamilan. Ibu hamil tampaknya merasa tergantung
akan bantuan dari ibunya dalam menghadapi kehamilan dan persiapan penerimaan
bayi yang akan dilahirkan.
e.
Berhubungan
seks
Ada
satu lagi perubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi
untuk mengatasi ketidaknyamanan yaitu suatu peningkatan libido yang pada
trimester pertama dihilangkan oleh rasa mual dan lelah. Kebanyakan calon orang
tua khawatir jika hubungan seks dapat mempengaruhi kehamilan. Kekhawatiran yang
paling sering diajukan adalah kemungkinan bayi diciderai oleh penis, orgasme
ibunya, atau ejakulasi.
Ibu
hamil dan pasangannya perlu dijelaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan
dalam hubungan seks. Janin tidak akan terpengaruh karena berada di belakang
serviks dan dilindungi cairan amniotik dalam uterus. Namun dalam beberapa kondisi
hubungan seks selama trimester kedua tidak diperbolehkan, mencakup plasenta
previa dan ibu dengan riwayat persalinan prematur.
Selain
itu meknisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi
sulit dan kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan
suami. Namun dengan mengkreasi posisi yang menyenangkan maka masalah ini dapat
diatasi.
Walaupun
sebagian ibu hamil merasakan seks selama hamil terasa meningkat, tidak semua
libido wanita meroket tinggi pada trimester kedua. Perubahan tingkat libido
disebabkan variasi perubahan hormone selama hamil. Karena respon terhadap
hormon berbeda, reaksi masing – masing ibu hamil pun berbeda.
3. Perubahan
dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester III
Trimester
ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian dan waspada sebab pada
saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III
adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua
seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi.
Gerakan
bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan
bayinya. Kadang - kadang ibu merasa khawatir
bahwa bayinya akan lahir sewaktu - waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya
akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali
merasa khawatir atau takut kalau - kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya.
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan.
Rasa
tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak
ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari
suami, keluarga dan bidan.
Trimester
ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi yang akan dilahirkan
dan bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bayi yang akan dilahirkan juga sudah
dipilih. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga - duga tentang jenis kelamin bayinya
( apakah laki- laki atau perempuan ) dan akan mirip siapa.
D. Peran
bidan dalam persiapan psikologis ibu hamil trimester I, II, III
1.
Mempelajari keadaan lingkungan penderita
Ibu hamil yang selalu
memikirkan mengenai keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan dapat juga
menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan
pengkajian termasuk keadaan lingkungan (latar belakang) sehingga mempermudah
dalam melakukan asuhan kebidanan.
2.
Informasi dan pendidikan kesehatan
a.
Mengurangi pengaruh yang negatif
Kecemasan
dan ketakutan sering dipengaruhi oleh cerita – cerita yang menakutkan mengenai
kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau karena
kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan. Keadaan
tersebut perlu diimbangi dengan pendidikan mengenai anatomi dan fisiologi
kehamilan dan persalinan kepada penderita.
b.
Memperkuat pengaruh yang positif
Misalnya
dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang kebahagiaan akan
mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan.
c.
Menganjurkan latihan – latihan fisik
seperti senam hamil untuk memperkuat otot – otot dasar panggul, melatih
pernafasan, teknik mengedan yang baik dan latihan – latihan relaksasi.
3.
Adaptasi pada lingkungan tempat bersalin
4.
Dilaksanakan dengan mengadakan orientasi
: memperkenalkan ruang bersalin, alat – alat kebidanan dan tenaga kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Trimester I
a.
Ibu
1)
Terbuka atau diam-diam
2)
Perasaan ambivalent terhadap
kehamilannya
3)
Berkembang perasaan khusus, mulai
tertarik karena akan menjadi ibu
4)
Antipati karena ada perasaan tidak
nyaman terutama pada ibu yang tidak menginginkan kehamilan
5)
Perasaan gembira
6)
Ada perasaan cemas karena akan punya
tanggung jawab sebagai ibu
7)
Menerima atau menolak perubahan fisik
b.
Ayah
1)
Berbeda tergantung dari : usia, jumlah
anak, interest terhadap anak, stabilitas ekonomi
2)
Menerima atau menolak keadaan istrinya
yang bisa disebabkan karena adanya gangguan komunikasi
3)
Toleransi terhadap kebutuhan seksual.
Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
4)
Ayah dapat menjadi stress, untuk
mengatasinya membuat kegiatan baru diluar rumah.
2.
Trimester II
a.
Ibu
1)
Mengalami perubahan fisik yang lebih
nyata
2)
Ibu merasakan adanya pergerakan janin
karenanya ia menerima dan menganggap sebagai bagian dari dirinya
3)
Dorongan seksual dapat meningkat atau
menurun
4)
Mencari perhatian suami
5)
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan
bayinya
6)
Perasaan lebih berkembang sehingga ibu
mulai mempersiapkan perlengkapan bayinya
7)
Perasaan cenderung lebih stabil
b.
Ayah
1)
Merasa senang dengan pergerakkan janin
2)
Melibatkan diri dengan masalah kehamilan
istrinya
3)
Memberikan perhatian yang dibutuhkan
oleh istrinya.
4)
Bila merasa gagal dalam memberikan
perhatian ini ayah menghabiskan waktu diluar rumah
5)
Bila berhasil, perhatian yang diberikan
lebih besar lagi
3.
Trimester III
a.
Ibu
1)
Kecemasan dan ketegangan semakin
meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image
2)
Merasa tidak feminim menyebabkan
perasaan takut perhatian suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya
3)
6-8 minggu menjelang persalinan perasaan
takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya Adanya
perasaan tidak nyaman
4)
Sukar tidur oleh karena kondisi fisik
atau frustasi terhadap persalinan
5)
Menyibukan diri dalam persiapan
menghadapi persalinan
b.
Ayah
1)
Meningkatnya perhatian pada kehamilan
istrinya
2)
Meningkatnya tanggung jawab financial
3)
Perasaan takut kehilangan istri dan
bayinya
4)
Adaptasi terhadap pilihan senggama
karena ingin membahagiakan istrinya
B. Saran
1.
Diskusikan perasaan anda dengan pasangan
anda, atau ibu anda, atau bahkan kepada orang yang anda percaya
2.
Dorong pasangan anda untuk menunjukkan
sikap positi terhadap kehamilan anda
3.
Ajak pasangan anda untuk menemani anda
saat memeriksakan kondisi anda dan janin anda
4.
Perhatikan gerak janin anda, ajak
komunikasi
5.
Ajak pasangan anda untuk ikut
berinteraksi dengan janin anda
6.
Bila kehamilan anda bukan yang pertama
kali, kasih pengertian saudara kandungnya untuk menerima adik baru
7.
Lakukan aktivitas yang aman dan
menyenangkan
8.
Selalu mendekatkan diri kepasa sang
Khaliq.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar